Julukan tersebut muncul karena pakaian yang digunakan oleh penduduknya seperti pakaian masyarakat Arab.
Pria menggunakan busana jubah dan penutup kepala, sementara perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian warna gelap dan sebagian besar menggunakan burka.
Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro.
“Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu,” ujar Kepala Dusun Temboro, Ulul Azhar kepada Kompas.com.
Keberadaan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, menurut Ulul Azhar tidak dipungkiri membawa perubahan besar terutama kebiasaan berbusana tertutup seperti saat ini.
Selain itu, kebiasaan lain yang berubah adalah banyak warga yang beraktivitas jalan kaki baik ke masjid maupun ke pasar.
Tak heran jika sepanjang jalan Desa Temboro dipenuhi dengan warga yang berbusana seperti di Arab.
Masuk Waktu Salat, Masjid Penuh dengan Jemaah
Desa Temboro juga disebut sebagai Kampung Madinah, dimana seluruh warga di desa tersebut mengenakan busana muslim yang tertutup bagi perempuan dan prianya mengenakan jubah dalam kegiatan sehari hari layaknya di Kota Madinah.
Selain busana yang khas, masjid dan surau di wilayah Desa Temboro menurut Ulul Azhar selalu penuh jemaah saat masuk waktu salat.
Semua kegiatan warga mulai perdagangan hingga perkantoran akan berhenti sejenak saat azan berkumandang.