Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Dunia kemabali dihebohkan dengan adanya varian baru Covid-19 yaitu varian Omicron B.1.1.529.
Sebagai informasi, varian Omicron ini pertama kali dilaporkan WHO pada 24 November 2021 di Afrika Selatan.
Dalam waktu singkat, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah meningkatkan status varian Omicron menjadi variant of concern atau varian yang mengkhawatirkan.
Alasannya, varian ini adalah varian mampu menggeser varian Delta sebagai yang paling dominan di Afrika Selatan.
Bahkan, varian Omicron ini sudah menyebar ke beberapa negara di luar Afrika Selatan seperti Inggris, Jerman, Italia, dan Israel.
Menanggapi hal ini, Pemerintah Indonesia pun memutuskan untuk melakukan pembatasan pelaku perjalanan internasional bagi negara yang ditemukan varian Omicron yang akan masuk Indonesia.
Dikutip dari Tribunnews.com, pembatasan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 23 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Adapun negara-negara yang dilarang masuk Indonesia di antaranya adalah Afrika Selatan, Botswana, Hong Kong, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, dan Lesotho.
Lantas, seberapa bahaya varian Omicron ini sampai-sampai dikategorikan WHO sebagai varian yang menghawatirkan?
Melansir Kompas.com, menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, varian ini berbahaya karena kemampuan menular yang lebih cepat.
"Dan dalam konteks Omicron, dalam 3 minggu dia bisa membuat satu wilayah yang test positivity rate-nya dari 1 persen menjadi 30 persen, dan wilayah itu adalah Afrika Selatan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com.
Seorang ahli biologi molekuler di Institute of Molecular Biotechnology di Wina, Dr. Ulrich Elling menyebutkan bahwa perkiraan pertama menunjukkan bahwa varian Omicron mungkin 500 persen lebih menular daripada varian Delta.
Namun, hingga saat ini belum diketahui apakah infeksi karena varian baru ini lebih parah daripada infeksi karena varian sebelumnya.
Selain itu, varian ini dianggap berbahaya karena dapat melakukan infeksi ulang pada orang-orang yang sudah terinfeksi varian Delta atau orang yang sudah vaksinasi.
Walaupun belum terdeteksi di Indonesia, tak ada salahnya untuk mengetahui gejala varian Omicron ini.
Menurut salah satu dokter pertama di Afrika Selatan yang mendeteksi varian ini, Angelique Coetzee, kebanyakan pasien yang terinfeksi bergejala ringan.
Adapun keluhan yang diderita di antaranya adalah kelelahan selama satu atau dua hari, sakit kepala, badan terasa sakit, dan tenggorokan serak.
Berbeda dengan virus Corona pada umumnya, pasien tidak mengalami batuk-batuk atau kehilangan indera penciuman dan perasa.
"Sebagian besar gejalanya sangat ringan dan tak ada yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Kami bisa merawat mereka di rumah.. saya berbicara dengan rekan-rekan dokter dan mereka menyampaikan hal yang sama," kata Coetzee yang dikutip dari Kompas.com. (*)