Find Us On Social Media :

How to Keep Your Cool, Begini Cara Seneca Berdamai dengan Amarah

By Grid, Rabu, 15 Desember 2021 | 10:10 WIB

How to Keep Your Cool

Baca Juga: Meski Tak Pernah Sentuhan Fisik, 7 Ciri ini Menandakan Pasangan Selingkuh Emosional

Lantas bagaimana kalau orang lain benar-benar ingin menyakiti (perasaan) kita? Bagaimana kalau orang lain memang meniatkan hal buruk terhadap kita, betul-betul, tanpa sedikit kesalahpahaman pun?

Seneca menjawab, “Jika orang jahat melakukan hal-hal jahat, adakah yang mengejutkan?”

Seneca menyarankan untuk berpikir segalanya mungkin terjadi, dan dengan itu, kita mesti mengantisipasi segalanya.

Semua orang, sebaik dan semulia apa pun ia, sangat mungkin disakiti orang lain. Tidak ada orang yang tidak pernah dan tidak akan tersakiti orang lain. Kita tahu itu.Apakah perlu marah jika kita disakiti? Tidak perlu.

Apakah boleh membalas tindakan orang yang menyakiti kita? Tentu saja. Pilihan untuk mengelola amarah menjadikan kita dapat berpikir lebih jernih dan bersikap lebih bijak.

Maka, ketika kita perlu membalas tindakan orang yang menyakiti kita, balasan itu akan pantas dan tepat.

Seneca memberi catatan, “Kita tak akan menyakiti seseorang karena dia telah berbuat salah, tetapi agar dia tidak berbuat salah; hukuman hendaknya ditujukan demi masa depan, bukan masa lampau, sebab hukuman itu dilaksanakan berdasarkan kepedulian, bukan amarah.”

Baca Juga: Benarkah Seorang Wanita Sering Merasa Insecure?

Contoh: saat kita dimaki-maki orang di media sosial, kita tidak perlu membalasnya dengan makian, yang tidak lain hanyalah ekspresi amarah kita. Kita punya pilihan untuk sekadar memblok dia, atau misalkan kita tahu yang bersangkutan merugikan orang banyak juga, kita bisa laporkan (report) akunnya.

Kita melaksanakan “hukuman” itu bukan untuk kita saja, melainkan juga untuk yang bersangkutan, karena kita peduli, dan untuk orang banyak pula. Ada banyak hal yang jauh lebih penting dari ego kita.

Itulah mengapa buku How to Keep Your Cool penting untuk dibaca.

Sebab, belajar mengelola amarah akan mengantarkan kita kepada mindfulness, kondisi ketika kita menghadapi segala hal dengan kesadaran penuh.

Kita akan menyadari bahwa tidak perlulah mengekspresikan amarah dengan ndakik-ndakik untuk hal yang sebetulnya tidak seberapa.

Menyadari bahwa banyak hal yang lebih besar dari kita di alam semesta bukan hanya membantu mengelola amarah, melainkan juga menghindarkan kita dari jebakan egosentrisme, bahkan antroposentrisme.

Jadi, sudah tahu, kan? Jangan marah, pokoknya, jangan marah!

Untuk selengkapnya, kamu bisa membacanya dengan membeli bukunya di toko buku Gramedia terdekat atau di Gramedia.com.

(Udji Kayang)

(*)