Grid.ID - Kesal dengar suara tangisan bayi 9 bulan, seorang pria yang mengurus anak tersebut nekat bunuh bocah yang diasuhnya dengan cara sadis.
Hingga akhirnya, tiga anak yang diurus pria tersebut langsung dihabisi dengan cara yang mengerikan.
Dilansir dari Daily Mail (11/6/2020), pria yang layaknya monster itu membunuh tiga orang anak tak berdosa dengan menusukkan badan bocah-bocah tersebut ke sebuah pagar.
Anak-anak kecil itu dibunuh hanya karena tangisan salah satu dari mereka yang masih berusia 9 bulan.
Tragedi itu terjadi pada Jumat, 13 April 1973, setelah seorang ibu bernama Elsie Urry yang kala itu berusia 23 tahun pergi bekerja sebagai pelayan bar di Worcester, Inggris.
Sementara itu, suaminya. Clive Ralph, pergi untuk menjemputnya dari tempat kerja.
Tak ada yang menjaga anak-anak mereka di rumah, maka sepasang orangtua malang ini pun menitipkannya kepada David McGreavy.
Percaya bahwa McGreavy yang merupakan seorang teman keluarga bisa menjaga anak mereka, Urry dan Ralph pada akhirnya harus menyesalinya ketika ketiga anak mereka menjadi korban pembunuhan sadis.
McGreavy saat itu tengah menumpang atau menyewa tinggal di rumah pasangan orangtua ini.
Kedekatan hubungan itulah yang membuat Urry dan Ralph tidak punya alasan untuk mengkhawatirkan anak-anak mereka di abwah pengasuhannya.
Namun, kenyataan pahit harus mereka hadapi begitu mereka kembali ke rumah di Gilam Street, Worcester, Inggris.
Mereka menemukan bahwa polisi sedang menunggu mereka.
Seorang petugas mengantar mereka ke kantor polisi setempat dan menyampaikan kabar bahwa Paul (4), Dawn (2) dan bayi Samantha (9 bulan) semuanya telah tewas.
Pasangan itu diberitahu bahwa McGreavy mengakui telah membunuh mereka, tetapi polisi masih mencari mayat mereka.
Baru pada malam harinya, mayat ketiga bocah malang itu secara mengerikan ditemukan berbaris tertusuk di pagar taman berduri tetangga.
McGreavy yang saat itu 21 tahun, merupakan seorang yang telah diusir dari Angkatan Laut Kerajaan, dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa Samantha menginginkan botolnya dan tidak berhenti menangis.
"Aku meletakkan tanganku di atas mulutnya dan itu terjadi," katanya.
Pembunuh keji itu menjelaskan satu per satu bagaimana ia membunuh anak-anak tak berdosa itu.
"Semuanya ada di rumah. Pada Paul saya menggunakan kawat. Saya akan mengubur (Paul) tetapi saya tidak bisa. Saya pergi ke luar dan meletakkannya di pagar. Yang bisa saya dengar hanyalah anak-anak, anak-anak, anak-anak," akunya.
Paul dicekik, Dawn mengalami luka tenggorokan dan Samantha meninggal karena patah pada tengkorak.
Dari peristiwa pembunuhan penuh kesadisan itu, masih belum jelas apakah ada lebih banyak psikolog penjara yang mewawancarai McGreavy untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa mungkin ada 'motif seksual'.
David McGreavy kemudian dipenjara pada 1973. Kemudian, setelah 46 tahun dipenjara, ia pun dibebaskan.
Meski setelah dibebaskan McGreavy akan tetap berada dalam penawasan NPS (National Probation Service), namun sebenarnya keluarga korban tak setuju dengan keputusan itu.
Ya, MGreavy diharuskan memakai tag elektronik menggunakan teknologi pelacakan satelit.
Sang ibu korban, Urry, mengatakan semua orang pasti merasa stress dengan pembebasan pembunuh tiga anaknya itu.
Sebelumnya, pada 2013, Urry yang telah pindah dari tempat tinggalnya dulu, tempat terjadinya tragedi memilukan di hidupnya, Worcester.
Ibu yang kehilangan 3 buah hatinya itu mengatakan bahwa dia telah melewati '40 tahun neraka'.
"Jika dia dibebaskan, aku akan menunggu di luar dengan pistol," katanya setelah petisi Hak Asasi Manusia McGreavy dibatalkan.
"Hidup harus berarti hidup dan dia seharusnya tidak boleh berjalan bebas. Dia turun ringan dengan hukuman seumur hidup, dia seharusnya digantung," kata Elsie dengan jelas meminta agar McGreavy dihukum mati.
"Aku memikirkan apa yang dia lakukan setiap menit setiap hari karena dia mengambil hidupku. Saya tidak bisa pergi ke pesta keluarga lagi, saya tidak bisa merayakan apa pun. Tempatkan diri Anda pada posisi saya, bagaimana perasaan Anda?"
"Aku tidak bisa dan tidak akan pernah melupakannya. Karena apa yang dia lakukan pada ketiga anak saya dan saya, dia layak mendapatkan perlakuan yang sama dengan yang mereka dapatkan, kematian," begitu jerit pilu seorang ibu ini.
Sementara itu, pihak berwenang tetap membebaskan McGreavy setelah memberikannya hukuman kurung selama 46 tahun.
Sebelumnya, untuk menentukan hukuman McGreavy sempat terjadi beberapa perubahan keputusan mengenai berapa lama ia harus dipenjara.
Urry, sang ibu yang malang mengatakan bahwa sudah cukup bisa menerima dan sedikit merasa tenang.
Itu karena pengajuannya mengenai zona pelacakan dan pengecualian yang diberlakukan pada McGreavy dikabulkan oleh pihak berwenang.
Artikel ini telah tayang di laman Intisari.id dengan judul
(*)