Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri AstutiGrid.ID - Meletusnya Gunung Semeru memang mengajukan publik.Apalagi, Gunung Semeru tidak memunculkan tanda-tanda yang cukup kontras sebelum mengeluarkan erupsi besar.Dikutip dari Surya.co.id, meletusnya Gunung Semeru diakui warga sangat mengejutkan.Bak kiamat, gunung tertinggi di pulau Jawa ini mendadak mengeluarkan erupsi yang begitu dahsyat, Sabtu (4/12/2021) sore.Sebagaimana diketahui, sejak Jumat (3/12/2021) lalu, gunung yang akrab disapa Mahameru ini sebenarnya sudah mengeluarkan lava pijar.Namun, erupsi yang dikeluarkan Mahameru diakui warga hanya sebatas aktivitas biasa.Hingga Sabtu (4/12/2021) sore, Mahameru mendadak mengeluarkan kepulan awan panas dan abu yang membumbung tinggi.
Penduduk bernama Giri, di Dusun Kampung Renteng, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo Lumajang adalah salah satu saksi mata meletusnya Gunung Semeru.Ia melihat guguran lava pijar mulai jum'at sore (3/12/2021) sekitar pukul 18.00 WIB, dengan jarak luncur 1 kilometer lebih dibarengi beberapa kali suara gemuruh."Ya sebenarnya takut mas, takut kayak tahun lalu. Semeru dari tadi malam terlihat jelas bisa dilihat dengan kasat mata dan beberapa kali terdengar suara gemuruh." ungkap Giri.Sementara itu, warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Sinten (60) dan cucunya Dewi Novitasari (17), turut membagikan kisahnya.Selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru, Sabtu (5/12/2021), keduanya mengaku sangat ketakutan.Kalang kabut berlari ke tempat yang lebih aman, keduanya juga melihat awan panas serta guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.Menurut Sinten (60) sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan sudah diguyur hujan abu bercampur batu.
Bahkan, batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.Sinten yang semula bersantai di rumah pun langsung terperanjat dan panik saat membangunjan cucunya.Dengan memekikkan suara, Sinten berteriak kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.Sebut meletusnya Gunung Semeru bak kiamat, Sinten pun langsung melarikan diri bersama cucunya."Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," katanya, saat ditemui di RSUD dr. Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12/2021).Bersama Dewi, Sinten berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira 1 kilometer untuk berlindung.Saat langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekitar 5 kilometer untuk beristirehat dan merapalkan doa.
"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer.""Napas sudah ngos-ngosan. Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan mobil pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.Ditambahkan dari Kompas.com, erupsi Gunung Semeru diketahui sudah terjadi pukul 14.50 WIB.Sejak saat itu, masyarakat sudah diimbau untuk menjauhi area bukaan kawah.Berdasarkan laporan magma Indonesia, Badan Geologi, Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM), visual letusan memang tidak teramati.Namun, erupsi Gunung Semeru ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik.Berdasarkan laporan kebencanaan geologi, saat ini Gunung Semeru kedalam kategori siaga level II atau waspada erupsi.
Baca Juga: Dampak Erupsi Gunung Semeru Jembatan yang Hubungkan Lumajang-Malang Putus Total, Warga Pasrah Putar Balik di Tengah Hujan Abu(*)