Laporan Wartawan Grid.ID, Hana Futari
Grid.ID - Seorang ibu 2 anak diadili bersalah atas kematian 2 anaknya yang masih balita.
Hal yang lebih bikin mengelus dada, ibu tersebut membunuh 2 putrinya agar bisa bebas berhubungan intim dengan teman prianya.
Bahkan, ketika para medis berusaha menolong nyawa anak-anaknya, wanita yang diketahui bernama Loiuse Porton itu justru tertawa bersama teman prianya yang terhubung melalui Facetime.
Dikutip Grid.ID dari Wartakota-live.com, Louise Porton dituduh telah membunuh kedua putrinya yang bernama Lexi Draper (3) dan Scarlett Vaughan (16 bulan).
Lexi ditemukan tewas di rumah pada tanggal 15 Januari tahun lalu setelah ada laporan bocah tersebut tidak sadarkan diri.
Sementara adik perempuannya, Scarlett, meninggal setelah jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit 18 hari kemudian pada 1 Februari.
Louise diadili di Pengadilan Crown Birmingham dengan tuduhan membunuh 2 anaknya.
Bahkan, wanita yang saat itu berusia 23 tahun tersebut terdengar masih bisa bercanda saat gunakan aplikasi Facetime.
Dia berbicara dengan seorang pria di ruang duka putrinya.
Ketika anggota staf pemakaman kembali ke kamar, Porton berhenti tertawa dan mulai menatap kosong dan tidak memberikan banyak informasi.
Di momen yang sama juga, Porton menerima 41 permintaan teman di aplikasi kencan pada 16 Januari atau sehari setelah Lexi meninggal.
Gadis-gadis itu menjadi 'beban' baginya dan menghalangi dia melakukan apa yang dia inginkan, termasuk menghalangi pertemuan dengan pria untuk berhubungan seks dengan imbalan uang.
Sementara itu, dikutip Grid.ID dari Suar.ID, Jaksa Penuntut, Oliver Saxby mengatakan, pada 30 Januari 2018, terdakwa, saudara perempuannya, Karen dan Scarlett menghadiri perawatan pemakaman untuk membahas pengaturan pemakaman Lexi.
"Awalnya pertemuan dengan staf pemakaman, Stella Curley, sulit, karena terdakwa tampak tegang dan dia diam menatap ke langit," kata Oliver Saxby.
"Stella meninggalkan ruangan untuk membawa seorang rekan, Paul Rowden, untuk membantu."
"Ketika dia keluar dari kamar selama sekitar lima menit, dia mendengar terdakwa menelepon sambil tertawa."
Ketika staff pemakaman kembali ke kamar, Porton memberi tahu orang di balik telepon itu bahwa dia harus pergi.
Porton kemudian menatap kosong dan tidak banyak memberikan informasi.
Pengadilan mendengar Louise Porton tidak memperlihatkan emosi dan mengeluarkan teleponnya sementara paramedis berusaha menyelamatkan nyawa anak keduanya, Scarlett.
Oliver Saxby menambahkan, "Ketika paramedis pertama hadir, dia tidak disambut dengan respons panik."
"Dia pergi ke satu-satunya mobil yang bisa dia lihat dengan siapa pun di dekatnya," terang Oliver Saxby.
Sembilan menit kemudian, ambulans tiba dan untuk menjemput Scarlett.
"Terdakwa mengikuti. Dia tenang dan tidak menunjukkan emosi," kata Oliver Saxby.
"Ambulans berangkat dengan terdakwa duduk di depan dan paramedis di belakang berusaha menyadarkan Scarlett," lanjutnya.
Saat itu, jantung Scarlett sudah tidak berdetak dan kondisi balita 15 bulan itu sangat mengkhawatirkan.
"Suhu tubuh Scarlett rendah, gula darahnya naik, matanya tetap dan melebar, menunjukkan bahwa tubuhnya telah kekurangan oksigen selama beberapa waktu," terang Oliver Saxby.
Saat itu, tak terlihat ekspresi panik yang dikeluarkan Porton di tengah kondisi putrinya yang mengkhawatirkan.
Porton justru mengeluarkan ponselnya di tengah sang putri yang sedang bertaruh nyawa.
(*)