Pria kelahiran Bantul, Yogyakarta 8 Juni 1921 itu, menjawab dia masih ingin fokus melakukan perjuangan.
Alasan itupun membuat sang bibi protes.
Karena menurutnya, pernikahan itu tidak terhalang oleh perjuangan, kemudian Ibu Prawiro menyebutkan sebuah nama.
"Kamu masih ingat kepada Siti Hartinah, teman sekelas adikmu, Sulardi, waktu di Wonogiri?" tanya Ibu Prawiro, dikisahkan dalam buku "Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto.
Soeharto muda pun mengiyakan pertanyaan itu.
"Tapi, bagaimana bisa? Apa dia mau? Apa orang tuanya memberikan?" tanya Soharto dengan ragu.
"Mereka orang ningrat. Ayahnya, Wedaba, pegawai Mangkunegaran," lanjut Soeharto ragu-ragu.
Tapi, keraguan itu ditepis oleh Ibu Prawiro, dan menyatakan mengenal keluarga Hartinah dan berniat menjodohkan mereka.
Meski sudah mengenalnya sejak SMP, Soeharto ragu-ragu dan masih belum yakin.