Phung memilih tetap bersama Duc Vuong apapun keadaannya.
"Begitulah istri saya, tidak peduli beyapa sedihnya saya, dia masih percaya pada sepenuhnya.
Dia selalu sederhana dan lembut.
Dia tidak pernah bertengkar dengan saya selama 50 tahun menikah." kata Duc Vuong.
Hingga akhirnya sedikit demi sedikit usaha Duc Vuong akhirnya menunjukkan hasilnya.
Bahkan ia mendapat untung yang sangat banyak.
Namun sayang di masa enak itu, Duc Vuong malah tergoda pelakor.
Ia tergila-gila dengan wanita muda kaya berusia 25 tahun.
Saking cinta butanya, Duc Vuong berniat hendak menceraikan istri dan meninggalkan 3 anaknya.
Duc Vuong lantas menulis surat pada sang istri untuk meminta cerai.
Karena sang istri buta huruf, ia lantas meminta Duc Vuong untuk membacakan isinya.
Lantaran tak sabar, Duc Vuong memilih pergi tanpa menjelaskan apa isi surat tersebut.
Hingga suatu hari saat Duc kembali ke desa, ia melihat sang istri duduk dengan tenang di dekat jendela.
Ia masih ramah menyapa dan menanyakan kabar suami yang hendak menceraikannya itu.
Dengan lembut Phung Anh berkata ia ikhlas jika sang suami memilih meninggalkannya demi wanita lain.
Bukannya marah akan dicerai, Phung masih saja memikirkan kehidupan sang suami dan anak-anaknya di masa depan.