Baru-baru ini terkuak bahwa pesantren tersebut dibangun dengan bantuan orang tua korban.
Ya, dikutip Grid.ID dari TribunJabar.id pada Jumat (10/12/2021), Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasari mengungkap bahwa orang tua korban membantu dalam proses pembangunan pesantren tersebut.
Tak hanya membantu uang, bahkan beberapa orang tua korban membantu tenaga dan bahan bangunan.
Sayangnya, niat baik orang tua korban justru berujung petaka pada masa depan anak-anak mereka.
"Nah, itu awalnya seperti itu. Selama pesantren itu dibangun, itu dibantu juga oleh orang tua murid," ujarnya.
"Misalnya ada yang nyumbang kayu, ada yang nyumbang tenaga, tapi mereka tidak tahu anaknya diperlakukan oleh si pelaku seperti itu," lanjut Diah.
Sedangkan, salah satu tokoh masyarakat di Pasir Biru yang merupakan sekretaris RT 05, yakni Agus Tatang mengungkap hal mengejutkan.
Dirinya menjelaskan bahwa santriwati di pesantren itu juga menjadi kuli bangunan.
"Kalau ada proses pembangunan di sana, santriwati yang disuruh kerja, ada yang ngecat, ada yang nembok yang harusnya mah ladennya (buruh kasar) dikerjain sama laki-laki," jelasnya.
(*)