Para janda ini berharap bisa beribadah dan menemukan sahabat di sana.
Meskipun begitu, butuh perjuangan untuk bertahan hidup setiap harinya di Vrindavan.
Bindeshwar Pathak, pendiri lembaga HAM, Sulabh International, yang membantu para janda tersebut, mengatakan, rasa malu sebagai janda masih sangat kuat di beberapa tempat.
Mereka diharapkan untuk melepas semua kesenangan.
Pathak menjelaskan, para janda ini tidak diperbolehkan untuk merayakan dan menghadiri pesta pernikahan.
Mereka diharapkan untuk tinggal dalam pengasingan dan mengenakan baju berwarna putih.
"Ini pada dasarnya adalah bentuk penjara seumur hidup bagi para janda," katanya.
Sulabh International ditugaskan oleh Mahkamah Agung untuk membantu perempuan-perempuan tersebut--setelah ditemukan mayat janda yang dimasukkan ke dalam karung dan dibuang ke sungai–sejak 2012.
Lembaga tersebut memberikan tunjangan bulanan sebesar 2000 rupee (sekitar Rp420 ribu) kepada 700 janda serta mengajarkan beberapa keterampilan.