Meskipun begitu, bantuan itu hanya mencakup sebagian kecil janda yang tinggal di Vrindavan.
Kebanyakan perempuan terpaksa tinggal di rumah penampungan, berbagi kamar, atau tidur di atas terpal di pinggir jalan, karena sulit mencari akomodasi yang mau menerima mereka.
Vindravan dan sekitarnya merupakan kota spiritual dengan berbagai kuil untuk memuja Dewa Khrisna.
Karena para janda ini tidak diterima oleh masyarakat luas, mereka biasanya berkumpul di pusat keagamaan – di mana mereka bisa melepas sedikit beban hidup dan menjalin persahabatan dengan janda-janda lain.
Para janda – biasanya wanita berusia lanjut – berdoa bersama dan menyanyi berulang-ulang selama beberapa jam dengan imbalan makanan dan alas tidur.
Mereka sering terlihat masuk dan keluar kuil sambil mengenakan pakaian putih.
Terkadang mengemis makanan dan uang untuk menyewa tempat tinggal.
Vasantha Patri, psikolog di Delhi, yang pernah menulis keadaan menyedihkan janda-janda Vridavan ini, mendeskripsikan mereka sebagai 'fisik yang hidup namun secara sosial telah mati'.
Keadaan buruk para janda di tengah masyarakat India ini sudah menjadi perhatian pemerintah.