Berkaca pada hari Isabella mengatakan, "Saya tahu akan sulit berada di jalanan tetapi saya tidak berpikir orang akan menjadi tidak baik pada saya, saya tidak terbiasa dengan orang yang tidak baik pada saya."
Di awal hari kedua dia melihat Isabella menikmati sarapan gratis di sebuah gereja lokal di mana dia bertemu Tim, seorang sukarelawan tunawisma.
Tim menjelaskan bahwa ia telah menjadi tunawisma selama lima tahun karena ia tidak memiliki dokumen untuk membuktikan bahwa ia orang Inggris walaupun telah lahir di Inggris dan tinggal di sana seumur hidupnya.
Isabella mengatakan, "Ini sangat mengecewakan karena dia tidak berjuang dengan kecanduan apa pun. Dia punya keterampilan sosial yang hebat, dia bisa dengan mudah berada di luar sana melakukan pekerjaan normal tetapi dia tidak bisa karena situasi di luar kendalinya."
Isabella kemudian berusaha mendapatkan uang dengan mengumpulkan barang daur ulang yang dia harap dapat ditukar dengan uang di supermarket, namun dilarang. Ia kemudian hanya mencoba meminta pekerjaan tetapi ditolak oleh pencucian mobil dan hotel karena masalah asuransi.
"Saya sampai pada titik di mana saya tidak berpikir pekerjaan adalah pilihan, kecuali satu jenis orang membiarkan saya masuk."
Tak bisa dapat pekerjaan, akhirnya di hari itu, ia menggunakan cara terakhir untuk menadapat uang. Menjadi 'pengemis'. Isabella kemudian mencoba untuk benar-benar bernyanyi untuk makan malamnya, tetapi kebingungan dan kegelisahan menguasai dirinya dan dia menjadi menangis sekali lagi.
"Aku merasa benar-benar terdegradasi," katanya pada kamera.
Setelah dua jam mengumpulkan pikiran, dia pergi lagi menawarkan untuk bernyanyi atau menari dengan imbalan uang tunai, tetapi diberikan 45 pounsdterling (Rp 823 ribu) oleh orang asing yang dermawan tanpa harus melakukan keduanya.