Grid.ID – Peningkatan kasus Covid-19 pada akhir tahun dapat terjadi. Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardiyanto menjelaskan, secara ilmiah kemungkinan tersebut memang ada.
Namun, kata dia, angka lonjakan kasus Covid-19 dapat diantisipasi agar tidak setinggi tahun lalu. Hal itu ia sampaikan dalam acara dialog bertajuk “Patuh Prokes dan Vaksinasi Wujud Bela Negara” yang diselenggarakan Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Jumat (17/12/2021).
“Syaratnya, kita tetap disiplin protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi,” tutur Torang menurut keterangan tertulis yang diterima Grid.ID, Sabtu (18/12/2021).
Torang menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan 40 persen penduduk tiap negara sudah divaksinasi dosis lengkap.
Saat ini, kata Torang, Indonesia telah melakukan vaksinasi dosis lengkap pada 38 persen sasaran vaksinasi nasional, sehingga target dari WHO harus dikejar.
Lebih lanjut, Torang menjelaskan, vaksinasi untuk anak usia 6 sampai 11 tahun yang sudah mulai dilaksanakan merupakan upaya pemerataan vaksinasi Covid-19 agar benteng pertahanan terhadap pandemi semakin kuat.
Baca Juga: Catat! Selain Melakukan Vaksinasi, Begini Cara Tepat Pencegahan Penularan Virus Corona Omicron
“Vaksinasi untuk kelompok umur tersebut dimulai dari sekarang dengan harapan, ketika sekolah nanti mulai dibuka, anak-anak tidak akan tertular. Lalu, seandainya tertular dan tanpa gejala, tidak terjadi penularan terhadap keluarga,” paparnya.
Tak kalah penting, kata Tonang, perlindungan juga perlu diberikan bagi masyarakat kategori lanjut usia (lansia) yang belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
Menanggapi terdeteksinya varian baru Covid-19, yaitu Omicron di Indonesia, ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi juga tidak gegabah.
“Dengan mempertahankan prokes dan vaksinasi, diharapkan kita bisa melewati fase Desember-Januari tanpa lonjakan kasus yang signifikan. Kita bela negara dengan pertahankan resiliensi kesehatan,” ucapnya.
Pada kesempatan sama, Juru Bicara (Jubir) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Dahnil Anzar mengatakan, kepatuhan penerapan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi Covid-19 merupakan tugas kemanusiaan sekaligus tugas bela negara.
“Memakai masker, menjaga jarak, ada pesan kemanusiaan di situ. Menjaga diri sendiri itu sama dengan menjaga lingkungan, menjaga orang lain. Itu adalah tugas kemanusiaan, tugas bela negara yang autentik,” tegasnya.
Ia menilai, tindakan perlawanan terhadap pandemi Covid-19 merupakan perilaku yang dapat menumbuhkan empati, simpati, persatuan, dan solidaritas yang kuat. Perilaku ini pada akhirnya akan berdampak pada lingkungan dan negara.
“Tindakan individual (patuh prokes dan vaksinasi) akan berdampak kolektif bagi kepentingan lingkungan dan keseluruhan, itu harus selalu diingatkan,” katanya.
Menurut Dahnil, penggunaan narasi patriotik untuk mendorong masyarakat taat prokes dan vaksinasi perlu dilakukan. Dengan cara ini, ia optimistis, masyarakat akan lebih optimal menerapkan prokes dan proaktif melakukan vaksinasi.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Dave Akbarshah Fikarno turut mengajak masyarakat agar selalu disiplin menjalankan prokes.
Ia pun mengimbau agar masyarakat bisa tetap produktif dan berpikir kreatif meskipun hidup dalam keterbatasan akibat dampak pandemi Covid-19.
Dave berharap, pemerintah dapat menyiapkan konsep sosialisasi yang baik untuk masyarakat umum.
“Agar masyarakat semua mengetahui aturan itu untuk apa, gunanya apa, dan bagaimana melaksanakannya,” tutur Dave.
Selain itu, menurut dia, upaya bela negara juga bisa dilakukan dengan menolak hoaks yang beredar di publik.
“Kita bisa menjadi contoh, teladan, berikan informasi yang benar, menolak hoaks, itu juga bagian dari bela negara,” katanya.