Dikutip Grid.ID melalui Tribunnews.com, Sabtu (25/12/2021), gubuk seluas 2 x 2 meter yang hanya beralaskan tikar, beratapkan terpal, berdinding triplek bekas, dan disangga bambu serta kayu rongsokan menjadi 'saksi bisu' aktivitas para pekerja seks komersial (PSK) di Jalan Himalaya Utara III, Banjar Kerta Sari, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, Bali.Yang memprihatinkan, pelanggan para PSK bertarif murah tersebut termasuk anak-anak sekolahan, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga SMA.
“Anak-anak masih sekolah banyak yang datang. Dan kalau malam minggu, saya lihat anak-anak kecil juga banyak yang datang ke sana,” ungkap seorang warga sekitar, yang namanya minta tak ditulis, Selasa (13/9/2016) sore, kepada Tribun Bali.Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), Luh Putu Sri Anggreni, mengaku prihatin mendengar adanya anak-anak yang menjadi pelanggan PSK tersebut.Ia pun meminta Pemerintah Kota Denpasar segera bertindak tegas."Ini harus disikapi dengan serius agar masa depan anak-anak calon generasi muda kita, khususnya di Denpasar, terlindungi," kata Sri Anggreni melalui telepon selulernya, kemarin.Berdasarkan informasi yang dihimpun, tempat prostitusi terselubung di semak-semak ini dihuni sekitar 20 PSK. Mulai dari yang berusia 20-an sampai 30-an tahun.Tarifnya super murah, berkisar Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Di sana juga terdapat sejumlah wanita pria (waria). Bahkan sejumlah PSK tinggal kost di sekitar lokasi.Setiap hari, mereka beroperasi mulai pukul 20.00 Wita sampai pukul 02.00 WITA."Kalau malam Minggu bisa sampai pagi," ungkap sumber Tribun Bali.