Ia menegaskan bahwa ponsel dan HT bukanlah penyebab Abdul tersambar petir karena memiliki frekuensi yang berbeda.
"Mungkin itu mitos ya seolah frekuensi ponsel dan HT dengan petir itu nyambung, enggak ya."
"(Frekuensi) ponsel dan HT itu GHz (gigahertz), sedangkan petir maksimalnya hanya 100 MHz (megahertz), jadi tidak nyambung," ujarnya, dikutip dari Tribunnews.com.
Dikatakan Reynaldo, petir hanya akan menyambar titik yang berada di dalam jarak sambarnya. Jika petir kecil, maka jarak sambarnya juga kecil, begitu juga sebaliknya.
Ia menduga jika payung dan truk-truk besar yang ada di lokasi kejadian adalah penyebabnya.
"Pemakaian payung menyebabkan sasaran bertambah tinggi, sehingga memungkinkan lebih mudah tersambar petir, karena lebih dekat ke lidah petir."
"Melihat ada tiang di samping belakang dan truk besar di depannya, yang bersangkutan ada di daerah sambaran petir, sehingga final jump dari lidah petir lebih dekat ke yang bersangkutan dengan payungnya," terangnya.
(*)