Laporan Wartawan Grid.ID, Hananda Praditasari
Grid.ID – Pelecehan dan intimidasi adalah cara kasar untuk memperlakukan orang lain.
Orang yang melecehkan atau menindas menggunakan komentar, isyarat, ancaman, atau tindakan yang kejam.
Mereka mencoba menghina, merendahkan, mengucilkan, mempermalukan, atau menyakiti orang lain.
Terkadang, orang yang melecehkan dan menindas melakukannya dengan komentar atau tindakan seksual. Ini disebut pelecehan seksual atau intimidasi seksual.
Melansir dari Kidshealth.org, pelecehan dan intimidasi seksual mencakup hal-hal seperti ini:
1. Membuat lelucon, komentar, atau gerakan seksual.
2. Menyebarkan desas-desus seksual (secara langsung, melalui teks, atau media sosial).
3. Memposting komentar, gambar, atau video seksual.
4. Mengambil atau mengirim gambar atau video seksual.
5. Meminta seseorang untuk foto telanjang diri mereka ("telanjang").
6. Meminta seks atau menawarkan untuk berhubungan seks.
7. Menyentuh atau meraih seseorang dengan cara seksual.
Pelecehan dan intimidasi seksual dapat terjadi secara langsung atau online.
Tapi di mana pun itu terjadi, pelecehan seksual dan intimidasi tidak boleh dilakukan.
Tidak ada alasan untuk perilaku seperti ini.
Dan itu bukan kesalahan orang yang dilecehkan atau ditindas.
Lantas bagaimana pelecehan seksual mempengaruhi orang?
Menjadi target dari perilaku ini menyakitkan.
Seberapa besar pengaruhnya terhadap seseorang dapat bergantung.
Kebanyakan orang dapat mengatasi komentar kasar satu kali.
Itu tidak berarti tidak apa-apa dan dapat menyebabkan lebih sedikit stres.
Tetapi perilaku ini bisa lebih sulit untuk diatasi jika:
1. Mereka terjadi lebih dari sekali.
2. Rasanya seperti si penindas memiliki lebih banyak kekuatan (mereka lebih tua atau lebih kuat, misalnya).
3. Orang yang diintimidasi atau dilecehkan memiliki tekanan lain dalam hidup mereka.
(*)