Oleh karenanya, dia tidak membiarkan 'orang luar' menghancurkan sistem budaya dan hukum tradisional yang berlaku di Madagaskar.
Pada awalnya, ancaman ini ditujukan pada orang-orang Kristen.
Seiring meningkatnya jumlah misionaris Kristen yang telah mengunjungi pulau itu selama beberapa dekade, Ranavalona mengingatkan kepada rakyatnya terkait hal tersebut.
"Mereka (orang Kristen) menyangkal saya, saya pun menyangkal mereka. Mereka menolak saya, saya pun menolak mereka."
Mungkin, dia tidak sepenuhnya percaya bahwa kekuatannya dapat membuat rakyatnya patuh.
Karena itu, dia secara resmi melarang agama Kristen dari Madagaskar pada 1835.
Akhirnya paranoia ini meluas ke semua intervensi asing, terutama Inggris dan Prancis.
Namun tak terbatas pada kelompok asing, kebrutalannya juga menyasar kepada rakyatnya sendiri.
Rakyat-rakyatnya sering terkena amarah dan menanggung hukuman hanya karna pelanggaran yang paling sepele.