Find Us On Social Media :

Meninggal Dunia di Usia 54 Tahun, Nindy Ellesse Ternyata Pernah Berjuang Melawan Kanker Payudara Sejak 5 Tahun Lalu, Simak Cara Mencegah Kanker Payudara Ini!

By Devi Agustiana, Senin, 3 Januari 2022 | 17:11 WIB

Penyanyi Nindy Ellesse Laoh meninggal dunia di usia 54 tahun pada Minggu (2/1/2022), setelah dinyatakan sembuh dari kanker payudara.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Industri musik Tanah Air kembali berduka, penyanyi Nindy Ellesse Laoh meninggal dunia pada Minggu (2/1/2022) malam.

Menurut Willem Frederik Laoh, suami mendiang Nindy Ellesse, istrinya tersebut menghembuskan napas terakhirnya di rumah.

Mengutip Wartakota Live, kondisi Nindy Ellesse memang sudah lemah karena kanker payudara yang sudah lama dideritanya.

"Kondisinya sudah lemah karena kanker payudara," kata Willem Frederik Laoh di Rumah Duka RS MRCCC Siloam, Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022).

"Dia (mendiang Nindy Ellesse) kena kanker itu sudah tiga kali," lanjutnya.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Nindy Ellesse sempat dirawat intensif di rumah sakit sejak Desember 2021.

Bukan hanya kanker, Nindy Ellesse juga menderita sakit kelenjar getah bening.

Baca Juga: Walaupun Paling Enak Disantap Saat Masih Hangat, Kebiasaan Minum Teh Panas Bisa Memicu Penyakit Mematikan Ini, Stop dari Sekarang!

"Pas kena kelenjar getah bening ini, sakitnya langsung kemana-mana sampai kondisi badan drop. Terus dokter sudah menyerahkan Nindy ke keluarga dan akhirnya dirawat di rumah," jelas Willem Frederik Laoh.

Ternyata Nindy Ellesse diketahui pertama terkena kanker payudara medio pada 2017.

Nindy juga sudah menjalani kemoterapi hingga akhirnya dinyatakan sembuh.

Akan tetapi, kankernya muncul lagi hingga ia harus melakukan pengobatan.

"Nggak lama kemudian muncul lagi (kankernya). Dia kemo dan sudah bersih lagi. Sampai Desember 2019, muncul lagi kankernya," kata Willem Frederik Laoh.

Berbicara mengenai kanker payudara ini adalah penyakit yang tidak boleh dianggap remeh.

Ada beberapa faktor risiko kanker payudara yang tidak bisa diubah, misalnya riwayat keluarga.

Baca Juga: 10 Menu Makanan yang Bisa Memicu Kanker Getah Bening, Salah Satunya Hidangan Sejuta Umat yang Digemari Masyarakat Indonesia ini!

Akan tetapi, ada perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk menurunkan risikonya.

Penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dapat menurunkan risiko kanker payudara, bahkan pada wanita yang berisiko tinggi.

Dirangkum Grid.ID dari Mayo Clinic, berikut langkah mencegah kanker payudara:

1. Batasi alkohol

Semakin banyak alkohol yang diminum, semakin besar risiko terkena kanker payudara.

Berdasarkan penelitian tentang efek alkohol pada risiko kanker payudara adalah membatasi diri tidak lebih dari satu gelas sehari.

Sebab jumlah kecil sekalipun bisa meningkatkan risiko.

Baca Juga: Auto Nyesel Baru Tahu Sekarang, Ternyata Daun Bawang Punya Zat Rahasia yang Mampu Tangkal Penyakit Kanker, Begini Penjelasan Ahli!

2. Jaga berat badan

Jika berat badan sudah ideal dan sehat, berusahalah untuk mempertahankannya.

Apabila perlu menurunkan berat badan, tanyakan kepada dokter tentang strategi untuk mencapai hal ini.

Kurangi jumlah kalori yang dimakan setiap hari dan perlahan-lahan tingkatkan rutinitas olahraga.

3. Aktif secara fisik

Aktivitas fisik dapat mempertahankan berat badan sehat, otomatis membantu mencegah kanker payudara.

Kebanyakan orang dewasa yang sehat harus melakukan setidaknya 150 menit seminggu aktivitas aerobik sedang atau 75 menit aktivitas aerobik kuat setiap minggu.

Ditambah dengan latihan kekuatan setidaknya dua kali seminggu.

4. Menyusui

Menyusui memainkan peran dalam pencegahan kanker payudara.

Semakin lama menyusui, semakin besar efek perlindungannya.

Baca Juga: Nyesel Baru Tahu Sekarang, Ternyata 10 Makanan Lezat Ini Harus Diwaspadai karena Menjadi Pemicu Kanker Kelenjar Getah Bening, Yuk Cari Tahu Faktanya!

5. Batasi terapi hormon pascamenopause

Terapi kombinasi hormon dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Oleh karena itu, bicarakan dengan dokter tentang risiko dan manfaat terapi hormon.

Jika manfaat terapi hormon jangka pendek lebih besar daripada risikonya, gunakan dosis terendah yang sesuai.

Jangan lupa untuk selalu minta dokter memantau lamanya waktu konsumsi hormon.

(*)