Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Muncul petisi untuk mencabut gelar kehormatan yang diberikan pada mantan Perdana Menteri Inggris, Sir Tony Blair.
Gelar kehormatan yang diberikan ke Sir Tony Blair telah membuat warga Irak sangat marah.
Selama ini, warga Irak telah lama hidup dalam bayang-bayang perang.
Tak heran jika warga Irak sangat marah ketika pemerintah Inggris memberikan gelar ksatria pada Perdana Menteri Sir Tony Blair.
Akibatnya, muncul petisi agar gelar kehormatan Sir Tony Blair ditarik.
Melansir BBC, petisi tersebut diunggah di situs web change.org oleh aktor dan presenter Angus Scott.
Angus Scott mengatakan Sir Tony menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada konstitusi Inggris Raya dan juga pada tatanan masyarakat bangsa saat menjabat.
"Dia secara pribadi bertanggung jawab atas kematian tak terhitung banyaknya nyawa warga sipil dan prajurit dalam berbagai konflik.
"Untuk ini saja dia harus bertanggung jawab atas kejahatan perang," tulisnya.
"Tony Blair adalah orang yang paling tidak pantas mendapatkan kehormatan publik, terutama apa pun yang diberikan oleh Yang Mulia Ratu," tambahnya.
Baca Juga: Kisah Pilu Wanita yang Jadi Budak Seks ISIS, Tak Sadar Makan Bayinya Sendiri Dihidangkan dengan Nasi
Sementara dilansir dari intisari.grid.id, petisi tersebut mencela Sir Tony sebagai 'orang yang paling tidak pantas mendapatkan kehormatan publik'.
Petisi itu juga menyerukan agar Sir Tony bertanggung jawab atas 'kejahatan perang'.
Memang siapakah Sir Tony Blair?
Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (7/1/2022), Sir Anthony Charles Lynton Blair KG menjabat dari 1997 hingga 2007.
Sir Tony Blair merupakan Pemimpin Partai Buruh dari 1994 hingga 2007.
Dia diangkat sebagai Utusan Khusus Kuartet untuk Timur Tengah, sebuah pos diplomatik yang dipegangnya hingga 2015.
Sayangnya, karier Sir Tony Blair menjadi buruk di mata publik sebab ribuan nyawa yang hilang akibat perang.
Semua itu karena dia memberi dukungannya terhadap invasi mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George Bush tahun 2003 ke Irak.
Ali Jaddoa termasuk orang yang tidak setuju dengan gelar ksatria itu.
"Menghormati seorang penjahat perang yang menjalankan perang sebagai pahlawan sangat konyol," ucapnya.
Baca Juga: Rekam Adegan Pemenggalan 2 Wanita Cantik yang Sedang Liburan, 3 Militan ISIS Dihukum Mati
"Sekali seorang penjahat, maka selamanya seorang penjahat," tandas Ali.
Ali dan banyak orang lainnya berpendapat bahwa invasi George Bush tahun 2003 silam itu membuat salah satu kelompok teroris paling brutal, ISIS, bangkit.
Pada tahun 2014, kelompok tersebut merebut wilayah yang luas di Irak dan Suriah dan pada tahun-tahun berikutnya mereka melakukan serangan di seluruh dunia.
Ali Salah yang melarikan diri dari Irak Utara ketika ISIS menyerbu wilayahnya dan ingat ketika pesawat tempur F16 turun ke negaranya setuju.
“Selamat kepada Inggris dan AS!"
"Ini karena kau berhasil menjatuhkan bom di mana-mana," tandas Salah.
Oleh karenanya Salah mengatakan Sir Tony bertanggung jawab secara pribadi karena menyebabkan kematian warga sipil maupun prajurit yang tak terhitung jumlahnya.
Kritik semakin besar untuk Sir Tony karena kegagalan AS untuk menemukan senjata pemusnah massal yang menjadi alasan nyata untuk invasi ke Irak.
Sir Tony percaya bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
Namun tidak ada yang bisa membuktikan hal tersebut.
Alhasil, akibat dari invasi itu sungguh mengerikan.
Ratusan ribu nyawa melayang, serta ketidakstabilan dan kekacauan yang berkelanjutan di negara itu.
Tindakan pasukan Inggris mendapat kecaman dari Pengadilan Kriminal Internasional dengan klaim 'pembunuhan yang disengaja' dan 'tuduhan yang kredibel tentang penyiksaan dan pemerkosaan'.
Dan Sir Tony pernah berkata bahwa dia 'tidak dapat menyesali' keputusan untuk mendukung perang di Irak.
Padahal jutaan nyawa warga Irak telah tercabik-cabik dan kesedihan seumur hidup mereka tidak akan pernah bisa diperbaiki.
Sebuah negara yang dulu diselimuti oleh warisan Alkitab kuno, sekarang semuanya hancur.
(*)