"Seolah-olah pikiranku dimatikan. Aku melakukan semuanya seperti robot," ujar Lyudmila.
"Aku pergi membeli gergaji listrik, karena tanganku sakit dan aku tidak bisa menggunakan pisau," jelasnya.
"Lalu aku memasukkan masing-masing ke dalam kantong plastik dan mengikatnya," tambahnya.
Saat melakukan tindakan mutilasi, Lyudmila mengaku sama sekali tidak menitikkan air mata.
"Aku tidak meneteskan air mata saat melakukan semua ini."
"Aku berada dalam kondisi pikiran yang aneh, seolah bergerak dalam kabut," katanya.
Dia melukai tangannya sambil menggiling anaknya dengan alat listrik dan pergi ke rumah sakit, kemudian dirawat di rumah sakit hingga mayat ini busuk.
Karena hal itu, nenek itu ditahan di kepolisian Khabarovsk, Rusia.
Ia dihukum karena membunuh putranya ketika dalam kondisi gangguan emosi yang ekstrem.
Dia dibebaskan dari hukuman penjara, tapi selama 23 bulan dilarang meninggalkan kotanya.
Dia tunduk pada jam malam dan tidak dapat mengubah alamatnya tanpa izin.
Pejabat jaksa penuntut negara mengatakan bahwa kasus mutilasi seperti Lyudmila nyaris tak pernah terjadi selama belasan tahun terakhir.
"Sejujurnya, kami belum memiliki kasus seperti itu dalam 15 tahun terakhir," kata jaksa penuntut negara.
(*)