Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Sebuah kasus mencengangkan tentang pembunuhan dan mutilasi sempat membuat geger di tahun 2018 lalu.
Namun, pelaku pembunuhan yang memutilasi mayat korbannya hingga 70 bagian tubuh itu justru tidak dipenjara.
Awalnya, kasus pembunuhan dan mutilasi 70 bagian tubuh itu terungkap gara-gara tercium aroma daging busuk yang sangat menyengat.
Ternyata, pembunuhan dan mutilasi itu dilakukan seorang nenek terhadap putranya sendiri.
Peristiwa seorang nenek yang membunuh putranya itu terjadi tahun 2018 silam.
Melansir dari artikel Grid.ID sebelumnya dan Metro.co.uk, nenek yang diketahui bernama Lyudmila R dinyatakan bersalah atas tindakan pembunuhan.
Hal itu terungkap setelah polisi menerima telepon dari tetangga Lyudmila R yang mencium bau mayat dari apartemennya.
Namun pada petugas, Lyudmila R mengatakan bahwa ia membawa plastik berisi daging busuk.
Daging busuk itu, diakui Lyudmila, merupakan hasil berburu yang dibawa putranya.
Usai polisi memeriksa, tak disangka ditemukan potongan tangan dan kaki manusia di dalam kantong plastik tersebut.
Plastik-plastik lain yang telah dibuang pun diperiksa oleh polisi, semuanya berisi sisa-sisa manusia yang terpotong.
Akhirnya Lyudmila ditahan.
Selama 3 jam, wanita tua itu tak henti menceritakan kisah mengenai daging beruang.
Tapi polisi menyadari bahwa itu adalah omong kosong.
Akhirnya setelah dipaksa mengatakan yang sebenarnya, kebenaran mulai terungkap.
Awalnya, korban yang tak lain adalah putranya diusir oleh istrinya dan datang untuk tinggal bersama dengan si nenek.
Setelah setahun tinggal bersama, pria ini berubah menjadi liar dan melakukan banyak kekerasan.
Tak hanya kekerasan, putranya itu juga menyerang dan melecehkan, bahkan membuat Lyudmila pingsan di kamar mandi.
Tak tahan dengan tindakan kasarnya, nenek ini mengambil wajan dapur dan memukul kepala putranya.
Alhasil, putranya ini pingsan dan tidak bergerak selama beberapa hari di lantai.
Sadar putranya meninggal, nenek ini berusaha menyingkirkan mayatnya dengan cara memotongnya menjadi lebih dari 70 bagian.
"Seolah-olah pikiranku dimatikan. Aku melakukan semuanya seperti robot," ujar Lyudmila.
"Aku pergi membeli gergaji listrik, karena tanganku sakit dan aku tidak bisa menggunakan pisau," jelasnya.
"Lalu aku memasukkan masing-masing ke dalam kantong plastik dan mengikatnya," tambahnya.
Saat melakukan tindakan mutilasi, Lyudmila mengaku sama sekali tidak menitikkan air mata.
"Aku tidak meneteskan air mata saat melakukan semua ini."
"Aku berada dalam kondisi pikiran yang aneh, seolah bergerak dalam kabut," katanya.
Dia melukai tangannya sambil menggiling anaknya dengan alat listrik dan pergi ke rumah sakit, kemudian dirawat di rumah sakit hingga mayat ini busuk.
Karena hal itu, nenek itu ditahan di kepolisian Khabarovsk, Rusia.
Ia dihukum karena membunuh putranya ketika dalam kondisi gangguan emosi yang ekstrem.
Dia dibebaskan dari hukuman penjara, tapi selama 23 bulan dilarang meninggalkan kotanya.
Dia tunduk pada jam malam dan tidak dapat mengubah alamatnya tanpa izin.
Pejabat jaksa penuntut negara mengatakan bahwa kasus mutilasi seperti Lyudmila nyaris tak pernah terjadi selama belasan tahun terakhir.
"Sejujurnya, kami belum memiliki kasus seperti itu dalam 15 tahun terakhir," kata jaksa penuntut negara.
(*)