Vaksin ketiga yakni jenis vaksin AstraZeneca, yang juga bersifat homologus.
"Kemudian, vaksin AstraZeneca sifatnya juga homologus juga ini menunjukkan data keamanan dapat ditoleransi dengan baik dan ringan," sambung Penny.
Berbeda dengan 3 jenis vaksin sebelumnya, vaksin Moderna yang bersifat homologus hanya akan diberi setengah dosis.
Akan tetapi, vaksin booster Moderna dapat bersifat heterologus (jenis vaksin berbeda) jika di dosis kedua yang disuntikkan adalah vaksin jenis AstraZeneca dan Johnson and Johnson.
Heterologus adalah vaksin booster yang dapat disuntikkan pada masyarakat dengan jenis vaksin yang berbeda di dosis sebelumnya.
"Heterologus vaksin Moderna ke vaksin primernya adalah AZ dan Johnson and Johnson dengan dosis setengah."
"Ini menunjukkan respon imun antibodi netralisasi sebesar 13 kalinya, setelah dosis booster," ucapnya.
Vaksin kelima yang mendapatkan izin daruat penggunaan adalah vaksin Zifivax dengan sifat heterologus.
Namun, jika di dosis sebelumnya mendapatkan jenis vaksin Sinopharm atau Sinovac, dan ingin disuntik booster dengan vaksin Zifivax, maka harus menunggu minimal 6 bulan.
"Untuk heterologus ke vaksin primer sinovac dan sinopharm, pemberian 6 bulan ke atas," pungkasnya.
(*)