Siapa yang menyebarkan kabar adanya harta karun tersebut?
Menteri Agama era Megawati, Said Agil Husin Al Munawar, mengaku bahwa dia mendapatkan bisikan dari seseorang yang datang kepadanya, yang mengatakan bahwa tanah wilayah Batu Tulis tersimpan peninggalan harta Prabu Siliwangi.
Said Agil kemudian meneruskannya kepada Presiden Megawati, yang kemudian menunjuk Said Agil untuk memimpin pencarian harta karun itu.
Penggalian pun dilakukan Said Agil setelah melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian dan pemerintah daerah Bogor.
Tetapi menurutnya, sebelum upaya penggalian harta karun tersebut membuahkan hasil, ada pihak-pihak terkait yang menginginkan pembagian harta karun untuk pribadi.
Mungkin kita yang mendengarnya cukup merasa geli bercampur geram, Said Agil bercerita mendapat bisikan dari seorang paranormal yang mengatakan bahwa di area yang diyakini tempat terakhir Prabu Siliwangi berada sebelum menghilang entah ke mana, terdapat harta karun.
Dan ditemani oleh paranormal dan penggali, Said Agil pun membongkar salah satu prasasti yang terletak di halaman kompleks Prasasti Batu Tulis yang terletak di Jalan Batu Tulis, Bogor, menurut Harian Kompas edisi 19 Agustus 2002.
Sayangnya, penggalian itu langsung mengundang protes banyak warga setempat.
Protes pun berdatangan dari berbagai kalangan, khususnya Kepala Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Endjat Djaenuderajat.
Juga, sejumlah warga Bogor dari berbagai kalangan mengecam penggalian lokasi prasasti Batutulis peninggalan Surawisesa (putra Prabu Siliwangi) tahun 1533 itu.
Prasasti itu diyakini merupakan tempat dilakukannya penobatan raja-raja, upacara keagamaan, dan tempat bersemayamnya Prabu Siliwangi , dalam bentuk Lingga (lambang kesuburan), yang menandai kekuasaanya mampu melindungi negara dari ancaman musuh.