Grid.ID – Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk beraktivitas memang semakin menurun. Pada orang lanjut usia (lansia), aktivitas sehari-hari seperti berjalan, menaiki tangga, duduk, dan jongkok akan lebih sulit dilakukan.
Pergerakan fisik lansia pun cenderung lebih lambat. Belum lagi berbicara soal stamina. Dibandingkan saat masih muda, tubuh lansia lebih cepat lelah setelah melakukan serangkaian aktivitas.
Meski demikian, kamu yang menemani dan merawat orangtua yang sudah lansia perlu memahami bahwa penurunan fungsi dan kinerja tubuh tidak selalu merupakan efek alami dari penuaan.
Menurunnya kinerja tubuh dan sulitnya pergerakan fisik juga merupakan salah satu gejala kehilangan massa otot atau sering disebut dengan istilah medis, sarcopenia. Sederhananya, sarcopenia merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi menyusut.
Hilangnya massa otot membuat seseorang menjadi kehilangan kekuatan untuk memegang benda dan sulit untuk bergerak bebas. Dikutip dari WebMD, sarcopenia umumnya terjadi kepada orangtua yang berusia lebih dari 65 tahun.
Namun, sarcopenia juga bisa dialami lebih dini, yakni pada usia lebih dari 30 tahun. Sumber yang sama juga menyatakan bahwa seseorang dengan usia tersebut bisa kehilangan massa otot sebesar tiga sampai lima persen apabila jarang bergerak.
Meski begitu, di Indonesia, kasus sarcopenia lebih rentan menyerang para orangtua.
Mengutip dari riset RSUP dr Kariadi Semarang berjudul “Mengenal Sarcopenia Pada Lansia”, diketahui bahwa pada 2020, sebanyak 9,92 persen atau 26,82 juta penduduk usia tua di Indonesia terkena sarcopenia. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga seperlima dari penduduk berusia tua di 2045.
Baca Juga: Sering Merasa Lemas Saat Bangun Pagi? Ternyata Hal Ini Harus Diwaspadai Loh!
Ketika orangtua terkena sarcopenia, mereka juga akan terkendala dalam beraktivitas sehari-hari.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut gejala sarcopenia yang sering terjadi pada orangtua.
1. Berjalan lebih lambat