Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Herry Wirawan, terdakwa kasus pelecehan santriwati di Bandung, Jawa Barat, terancam hukum mati.
Tak hanya itu, Herry Wirawan juga mendapat tuntutan hukum kebiri kimia.
Sayangnya, tuntutan ini masih memicu pro dan kontra lantaran tak semua pihak setuju.
Disampaikan Kompas.com, tuntutan hukum Herry Wirawan ini telah dibacakan di persidangan, Selasa (11/1/2022) lalu.
Setelah melakukan kejahatan luar biasa terhadap 13 santriwati, tuntutan ini diharapkan bisa memberi efek jera.
Hal ini juga didukung oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Jawa Barat, Diah Kurniasari Gunawan.
"Semoga ini bisa menimbulkan efek jera yang kuat, sehingga kasus kekerasan seksual pada anak menurun," ujar Diah saat dihubungi, Selasa (11/1/2022).
Namun, Komnas HAM dan beberapa pihak lain justru kurang setuju dengan hukuman mati yang diberikan pada Herry Wirawan dan alasannya pun beragam.
Sementara itu ditambah dari TribunJabar.id, tuntutan hukum mati ini telah membuat keluarga korban turut bernapas lega.
Satu keluarga korban, Rulli (29), langsung berkumpul dengan keluarga korban lain saat dibacakannya tuntutan hukuman mati bagi Herry Wirawan.
Ia menyampaikan, keluarga korban di kecamatan di Garut Selatan memang telah memperjuangkan keadilan sejak kasus bejat Herry Wirawan terendus.
"Tuntutan hukuman mati dari jaksa kemarin mewakili perasaan kami sebagai keluarga korban."
"Saya sudah berkumpul dengan empat keluarga, Alhamdulillah jaksa berpihak pada kita," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id, Rabu (12/1/2022).
"Tapi kan meskipun ada tuntutan hukuman mati, tetap saja tidak mampu mengobati luka keluarga korban termasuk saya," ungkapnya.
Rulli juga menyampaikan saat ini kondisi 4 korban berangsur membaik dan sudah mulai sekolah lagi.
Tiga di antaranya bahkan sudah mulai aktif dan mempersiapkan ujian paket.
Sementara itu, satu korban disebutkan masih dalam tahap pemulihan.
Disebut masih kerap murung, satu korban ini baru sadar telah menjadi korban pelecehan Herry Wirawan.
Itu sebabnya, korban masih tidak stabil dan tak jarang memarahi bayinya.
"Ada yang sudah sekolah dan persiapan ikut ujian paket. Ada satu juga yang masih murung, dia belum sekolah tapi kondisinya lebih baik daripada dulu," ungkapnya.
Ditambahkan kerabat korban berinisial TN (35), ia menyebut santriwati tersebut masih kerap histeris saat mengingat kejadian yang menimpanya.
"Emosinya meledak-ledak, itu anaknya dimarahin gak mau ngurus, mungkin dia (korban) baru sadar dan gak terima dengan kondisi ini," ucap TN.
(*)