Grid.ID – “Kelak kalau tidak ada lagi trauma, mungkin aku akan kembali ke sana,” laki-laki muda itu mengarahkan pandangannya ke telepon genggam, sekadar untuk mengalihkan perhatian.
Kemudian lehernya memutar arah tatapan pada antrean mengular orang-orang yang akan masuk toko, akibat pembatasan pengunjung.
Namun, dari sorot matanya, bukan kesibukan berbelanja itu yang tergambar layaknya scence film.
Kalau saja waiter tidak segera menawarinya minum, barangkali ia akan terlempar ke dalam “jurang”, entah untuk keberapa kalinya.
“Air mineral saja,” ujarnya ketika laki-laki dengan sisiran rapi itu menawarinya one-shot espresso dari pabrik kopi Italia.
Kopi hanya akan mengingatkannya pada Kiwirok.
Di saat ia dianiaya, kemudian dilempar ke dalam jurang nun 230 km jarak dari tempatnya, banyak orang mencari kopi Kiwirok.
Konon kopi dari distrik di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua itulah yang terbaik.
Saat yang hampir bersamaan, orang-orang dari berbagai kota di Indonesia, memang tengah mempersiapkan hajat nasional Pekan Olah Raga di Jayapura, Mimika, dan Merauke.
Ia tak ingin menceritakan apa yang sudah terjadi pada dirinya, juga pada tenaga kesehatan lainnya.
Beberapa kali lawan bicaranya memohon kepadanya, untuk tidak menangis.
Pria yang belum tiga tahun lulus dari pendidikan itu menepati janji.