Kisah tentang Wilhelm Gustloff jarang dicantumkan dalam buku-buku sejarah.
Beberapa sejarawan berpendapat bahwa itu terjadi karena Adolf Hitler berusaha keras meredam semua berita buruk demi bisa menyelamatkan nama Reich Ketiga yang mulai pesimis akan memenangkan perang.
Dan imbasnya masih terasa sampai sekarang.
Peristiwa kapal nahas itu hanya disebutkan sekilas-sekilas seolah tidak penting.
Karena itulah kita patut berterima kasih kepada Ruta Sepetys, penulis keturunan Lituania kelahiran Amerika, yang mendedikasikan hidupnya untuk menuliskan bagian-bagian sejarah yang nyaris tersamarkan oleh waktu.
Berkat novel karyanya yang berjudul Salt to the Sea, Sepetys sukses mengangkat Wilhelm Gustloff ‘ke permukaan’, memperkenalkannya kepada para penyuka literasi terutama pembaca dewasa muda.
Kisah novel ini terbagi dalam empat sudut pandang tokoh utama remaja yang berasal dari negara serta latar belakang berbeda: Joana, seorang perawat asal Lituania; Florian, seorang pengembara asal Prusia; Emilia, seorang gadis asal Polandia; dan Alfred, seorang serdadu asal Jerman.
Kedengarannya rumit, memang.
Tapi, meskipun pembaca harus bergantian menatap dunia yang tersaji lewat mata yang berbeda, Sepetys menggunakan diksi yang lugas dan sederhana, hingga kita bisa dengan mudah diajak meresapi jalan ceritanya.
Sepetys juga mampu menggambarkan kengerian perang yang harus dihadapi para tokoh remajanya, menceritakan betapa besarnya keinginan mereka untuk menyelamatkan diri dan betapa mereka dipaksa keadaan untuk bisa bersikap dewasa.
Lewat bermacam peristiwa menegangkan demi bisa bertahan hidup, dan setelah bersaing dengan ribuan pengungsi lain, keempat tokoh tersebut bersua di Wilhelm Gustloff.