"Dan sekarang itu sudah jauh berbeda bahasanya," ucap Laura Basuki.
Untungnya, tim produksi sudah menyiapkan mentor bahasa Sunda khusus untuk melatih para pemain.
"Memang kuncinya sih dalam film berbahasa yang bukan bahasa lidah sendiri hafal dulu."
"Sudah hafal disiapkan mentor sastrawan Bandung, jadi mereka yang melatih cara pelafalan, gimana nadanya, arti setiap kata," paparnya.
Film Before, Now & Then (NANA) bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat di era 1960-an yang diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani.
Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak.
Ia lalu menjalani hidupnya yang baru bersama seorang menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya.
Sesuai latar tempatnya, film ini akan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama yang dipakai di film.
Film “Before, Now & Then (NANA)” berhasil lolos dan terseleksi dalam program kompetisi utama yang merupakan program inti dari Berlinale film festival.
Total 18 film terpilih, baik dari sutradarayang telah mapan maupun dari sutradara muda yang sedang naik daun, akan berkompetisi untuk memperebutkan penghargaan ‘Golden Bear’ dan ‘Silver Bear’.
Dengan visi merangkul keragaman sinema dan cakupan produksinya yang luas di abad ke-21 ini, program kompetisi ini memiliki tujuan untuk memberi kejutan, menghibur, serta memperkaya tontonan pada para penonton dan profesional industri.
Tahun ini film “Before, Now & Then (NANA)” akan berkompetisi bersama film-film dari pembuat film dunia ternama seperti sutradara Carla Simon, Claire Denis, Rithy Panh, Denis Cote, Paolo Taviani, Ulrich Siedl, Andreas Dresen, Hong Sang Soo, Isaki Lacuesta, dan François Ozon.
(*)