Selain itu, terdapat juga instruksi spesifik mengenai penggambaran sosok dan sifat Sultan Agung dari Mataram dan sejumlah hal lain yang berkaitan dengan aturan dan kebiasaan-kebiasaan keraton dan sultannya.
Pada buku ini juga diuraikan mengenai riset mendalam S. Sudjojono dalam persiapannya membuat lukisan tersebut yang dituangkannya dalam ke-38 sketsa studi.
Buku ini menelusuri hasil riset, kunjungan ke museum dan institusi di Indonesia maupun Belanda, wawancara narasumber dan pembacaan buku sejarah serta pemikiran, pertanyaan dan berbagai tantangan yang dihadapi Sudjojono dalam proses pembuatan yang dituangkannya dalam ke sketsa-sketsa tersebut.
Salah satu contoh risetnya terlihat dalam penggambaran sketsa-sketsa yang secara khusus mengeksplorasi cara berpakaian, posisi duduk, posisi tangan, dan suasana singgasana Sultan Agung—termasuk orang-orang di sekitarnya—benda-benda pusaka, dan bentuk, desain serta warna panji-panji pasukan Kesultanan Mataram Islam.
Sudjojono mendapatkan referensi mengenai panji-panji Jawa dari buku yang diberikan oleh Pemda DKI berjudul “History of Java” oleh Thomas Stamford Raffles, 1812.
Buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai lukisan Sultan Agung sebagai perwujudan sikap dan semangat nasionalisme S. Sudjojono yang penting untuk digunakan sebagai cara untuk terus digaungkan keseluruh generasi muda Indonesia.
Nilai-nilai nasionalisme ini adalah sesuatu yang terus diperjuangkan oleh seniman S. Sudjojono sejak 1930-an melalui karya-karya dan tulisan-tulisannya dan mencapai puncaknya pada lukisan ini.
Maka tidaklah mengherankan jika lukisan ini direkomendasikan untuk ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional, mengingat lukisan ini telah memenuhi tiga syarat dalam Pasal 42 Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yaitu: (a) wujud kesatuan dan persatuan bangsa, karena lukisan ini menggambarkan persatuan dari berbagai wilayah/suku bangsa untuk bertempur melawan VOC di bawah pimpinan Mataram; (b) karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan kebudayaan bangsa Indonesia, karena lukisan ini dibuat oleh salah satu pelukis realis ekspresionis yang juga mengembangkan seni lukis modern Indonesia; dan (c) cagar budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia, karena lukisan ini berukuran sangat besar dan menyimpan cerita sejarah penting bagi Jakarta.
Sebagai bagian dari rangkaian acara peluncuran buku selanjutnya, pada 23 Januari 2022 akan diadakan workshop sketsa dalam rangka merespon lukisan dan sketsa “Sejarah Perjuangan Sultan Agung” karya seniman S. Sudjojono, yang diberi judul Sketch Like Sudjojono.
Acara workshop ini dipandu oleh Jevi Alba, seniman sketsa dari salah satu komunitas lukis di kota Solo.
Acara workshop ini bekerja sama dengan Bentara Budaya Jakarta (BBJ) dan Kompas Gramedia.
(*)