"Akhirnya nyanyi sekali (di tempat) masuk ke rawa-rawa gitu dan gitu deh. Jadi mau gak mau harus mau," ujar Inul.
"Akhirnya aku bilang bahwa aku anak baik-baik istilahnya aku perawan, malah justru kayak, 'wah perawan ini, harus disikat' atau dijual," tambahnya.
Angin segar datang ketika salah satu teman Inul meyakinkannya untuk tenang mengingat bapaknya seorang polisi.
"Aku berdoa aja. Kebetulan temenku yang satu orang tuanya kayak polisi, jadi tenang, 'gak usah khawatir Nul, bapakku pasti nyari'."
"Jadi aku agak tenang, tapi tiap hari nangis, 'kapan kita pulang?'. Aduh sengsara," kenangnya lagi sambil berkaca-kaca.
Apalagi, Inul dan temannya itu cukup berani untuk protes agar segera dipulangkan lagi ke Pasuruan.
"Akhirnya dengan kekehnya kita gak mau dijadiin pelayan, budaknya, yaudah aku bilang gak tau itu istrinya atau pembantunya.
"'Aku orang baik-baik, kalo seandainya kita gak ada di sini orang tua kita pasti nyari'," sambungnya.
Akhirnya, Inul dan temannya itu pun dipulangkan kembali ke Pasuruan meski tanpa dibekali ongkos sepeser pun.
Alhasil lantaran tak punya uang, Inul pun ngamen di atas kapal laut Dobonsolo yang membawanya pulang ke tanah Jawa.
"Aku dinaikin kapal Dobonsolo waktu itu dan aku gak dikasih tiket, aku 4 hari 4 malam di dek, gak bisa masuk."
"Akhirnya aku ngamen di situ untuk bisa makan, aku ngamen di tangga kapal," tutur Inul.
(*)