Find Us On Social Media :

Harga Minyak Goreng Turun Lagi, Kemendag Kembali Tetapkan HTE untuk Minyak Curah, Ternyata Ini Penyebab Minyak Goreng Susah Didapatkan di Ritel Modern

By Novia, Jumat, 28 Januari 2022 | 14:39 WIB

Petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Purbalingga menemukan toko modern tidak mendisplay minyak goreng meski stok di gudang tersedia saat operasi pasar, Jumat (21/1/2022).

Laporan Wartawan Grid.ID, Novia

Grid.ID - Pasokan dan harga minyak goreng belakangan ini tengah menyita perhatian masyarakat.

Pasalnya, sejak beberapa pekan terakhir, minyak goreng disebutkan sulit untuk didapat.

Padahal, harga minyak goreng telah diturunkan menjadi Rp 14 ribu.

Dikutip dari TribunBisnis.com, Jumat (28/1/2022), Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali menetapkan aturan.

Kemendag akan memberlakukan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah hingga minyak goreng kemasan premium.

Saat ini harga minyak goreng curah telah ditetapkan sebesar Rp 11.500 per liter.

Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana jadi sebesar Rp 13.500 per liter, sedangkan minyak goreng kemasan premium jadi sebesar Rp 14.000 per liter.

Sebagaimana diketahui, aturan ini akan berlaku mulai 1 Februari 2022 mendatang.

Baca Juga: Harga Minyak Goreng Jadi Rp 14 Ribu Mulai Hari Ini, Warga Langsung Tancap Gas Berburu ke Minimarket tapi Berakhir Miris Begini

"Kebijakan HET ini akan mulai berlaku pada 1 Februari 2022," ujar Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi dikutip dari Kontan.co.id, Jumat (28/1/2022).

Lebih lanjut, Mendag menambahkan, kebijakan harga minyak goreng yang saat ini berlangsung masih berlaku.

Selama masa transisi, minyak goreng Rp 14 ribu di toko ritel modern pun masih bisa ditemukan masyarakat.

“Hal tersebut dengan mempertimbangkan memberikan waktu untuk penyesuaian serta manajemen stok minyak goreng di tingkat pedagang hingga pengecer,” ucap Mendag.

Menteri Perdagangan meminta para produsen untuk mempercepat penyaluran minyak goreng.

Selain itu, pemerintah mengusahakan tidak akan terjadi kekosongan di tingkat pedagang dan pengecer, baik di pasar tradisional maupun ritel modern.

“Kami kembali mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam membeli dan tidak melakukan panic buying, karena pemerintah menjamin stok minyak goreng tetap tersedia dengan harga terjangkau," tegas Lutfi.

"Selain itu, pemerintah juga akan mengambil langkah-langkah hukum yang sangat tegas bagi para pelaku usaha yang melanggar ketentuan,” pungkasnya.

Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, pendistribusian minyak goreng ini pun sudah dilakukan sejak seminggu yang lalu di ritel modern.

Baca Juga: Emak-emak Tak Perlu Panik Harga Minyak Goreng Selangit! Lakukan 4 Cara Mudah Ini Agar Bisa Hemat Minyak Goreng

Namun, yang tak disangka-sangka setelah program ini berjalan, masyarakat justru memborong minyak goreng hingga terjadi keributan.

Bahkan, beberapa toko dikabarkan rusak akibat keributan masyarakat yang berebut minyak goreng.

Lantas apa yang menjadi penyebab minyak goreng kembali langka dan sulit didapatkan?

Hal ini diketahui dari beberapa postingan masyarakat yang dibagikan di media sosial.

Di media sosial Facebook yang berisikan emak-emak Promo Alfamart & Indomaret, mengeluhkan sulitnya dapat minyak goreng murah lantaran stoknya habis.

Salah satu yang mengeluhkan kondisi ini adalah pengguna facebook Nova Anggraini yang dikutip Kompas.com, Kamis (27/1/2022).

"Belom pernah dapat minyak promo selama ada minyak murah. Ngomong GX ada stok kosong dll," tulisnya.

Menanggapi keresahan masyarakat, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey buka suara.

Roy Nicholas Mandey menyebut Aprindo hanya penyedia tempat untuk distribusi, bukan pemasok.

Baca Juga: Harganya Kian Meroket Setiap Minggunya, Begini Cara Menjernihkan Minyak Goreng Bekas Memasak Supaya Bisa Dipakai Lagi, Lumayan Bisa Irit!

"Masalahnya bukan di ritel, karena ritel enggak bisa produksi minyak. Masalahnya itu di pasokan para distributor," kata Roy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/1/2022).

Lebih lanjut, dia menilai pihak distributor dan produsen tidak menjalankan komitmennya dalam mendukung program pemerintah, alhasil pasokan ke ritel menjadi terbatas.

"Distributor dan produsen ini tidak komit terhadap program pemerintah. Kalau Aprindo kan sudah komit," ungkap dia.

(*)