“Jika bahan bakar yang diisi sejak awal di cabang dan oleh pelanggannya sama, maka proses learning bisa lebih cepat. Sistem mobil sudah menyesuaikan dengan kebiasaan pengemudi, misalnya senang injak gas dalam,” kata Suparna.
Untuk proses learning, Suparna mengatakan bahwa hal ini disesuaikan secara elektronis oleh komputer.
Untuk jarak learning, mulai dari 0 km sampai 500 km selesai atau ada juga yang lebih lama sampai 1.000 km – 1.500 km karena sering ganti bahan bakar.
Isi dari tangkinya itu tergantung dari mobilnya, karena ada standarnya setiap model.
Misalnya seperti Avanza diisi 20 liter, Fortuner 25 liter, Camry, Alphard dan Vellfire kira-kira 50 liter, ada minimal standarnya.
Ada pertimbangan dari pengisian bahan bakar pada mobil baru tersebut.
Suparna mengatakan, pengisian bahan bakar tadi agar mobil bisa digunakan pemiliknya pulang ke rumah tanpa khawatir kehabisan bensin atau solar.
“Misalnya jarak diler ke rumahnya 30 km, tapi kan dia enggak langsung pulang, bisa jalan-jalan dulu, jadi anggap 50 km. Kemudian diperkirakan konsumsi bahan bakarnya 10 km per liter, jadi butuh 5 liter. Tapi kita isi 20 liter, sudah sangat cukup,” ucapnya.
Jangan sampai pada saat mobil dibawa pulang oleh konsumen malah kehabisan bahan bakar bahkan sampai harus diderek.
Jadi untuk berapa liter pengisian bahan bakar awal sudah ada standarnya dari diler.
“Intinya saat di cabang, diisinya segitu, mau dia ambil ke diler atau diantar ke rumahnya. Kita informasi ke pelanggan saja, kalau tadi sudah diisi berapa liter dengan bensin apa,” ucap Suparna.
Untuk bahan bakar yang diisi ke mobil Toyota bermesin bensin, mayoritas menggunakan Pertamax.
Memang ada sebagian kecil yang memakai Pertalite, namun itu juga sudah sesuai dengan standar minimal oktan dari pabrikan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Kenapa Mobil Baru dari Diler Tidak Diisi BBM Penuh"
(*)