Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Tsania Marwa sebut drama penjemputan anak-anaknya melebihi semua judul sinetron yang dibintanginya.
Seperti diketahui, proses penjemputan anak-anak Tsania Marwa sempat jadi sorotan pada April 2021 lalu.
Saat itu, Tsania Marwa berniat menjemput anak-anaknya, Syarif dan Shabira, dari rumah mantan suami, Atalarik Syah.
Sayangnya, momen penjemputan anak malah diwarnai dengan drama dan percekcokan dengan pihak keluarga Atalarik Syah.
Alhasil, pesinetron 30 tahun itu pun gagal menjemput dua buah hatinya dari rumah Atalarik Syah.
"Sinetron saya kalah dramanya (dengan ketika menjemput anak)," kata Tsania saat live Rumpi Trans TV, Senin (31/1/2022).
Di momen yang seharusnya membahagiakan, Tsania mengaku hatinya sangat hancur saat itu.
"Bohong lah kalo itu dibilang tidak menghancurkan hati dan bisa dilihat seperti di sinetron ibu mertua saya, terjadi percekcokan," ujarnya.
Menurutnya, proses penjemputan anak-anaknya gagal lantaran banyak campur tangan dari pihak sang mantan suami.
"Memang kesimpulan saya itu eksekusi bisa gagal karena terlalu banyak campur tangan dari orang lain yang tidak berkepentingan."
"Seharusnya pihak terkait saja, saya, bapaknya, anak-anak. Ini bapaknya hadir juga nggak," tuturnya.
Padahal secara hukum, hak asuh Syarif dan Shabira sudah resmi jatuh ke tangan Tsania.
Saat penjemputan pun, Tsania mengaku sudah berusaha menjaga sikap agar tidak tersulut emosi.
"Saya diminta menjaga sikap, makanya udahlah anak-anak gak mau, saya tetap melakukan pendekatan secara baik-baik."
"Tapi justru pihak-pihak yang tidak berkepentingan itu yang bikin (rusuh)," terangnya lagi.
Rasa sakit hati Tsania pun bertambah saat anaknya mengatakan takut diculik oleh ibu kandungnya sendiri.
"Sebenarnya satu sisi itu nyakitin buat saya, tapi di sisi lain itu menunjukkan banyak hal," ucapnya lagi.
Meski menyakitkan, Tsania yakin bahwa ucapan tersebut bukan benar-benar keluar dari mulut anaknya.
"Karena lumrahnya anak umur 6 tahun tidak punya pemikiran seorang ibu akan menculik, itu bukan pikiran otomatis," beber Tsania.
"Kalo anak kecil 6 tahun mau permen, itu pikiran otomatis. Tapi kalo anak 6 tahun berpikir ibunya mau menculik, itu bukan otomatis," tukasnya.
"Itu udah pasti ada pihak lain yang mencantumkan itu ke otak anak saya," pungkas Tsania.
(*)