Muto Yusuke juga menambahkan bahwa Monna Lisa Evo Tre 16 bisa menjadi pilihan ideal untuk bisnis percetakan karena dapat memenuhi tuntutan fleksibel pesanan kecil hingga besar pada berbagai macam kain.
Meski begitu, sebagai customer pertama di Indonesia pada Epson Monna Lisa Series sekaligus Textile Exeperient Center, pemilik Bajukertas & Co, Yoga Dwi Nugroho Adjie menyebutkan bahwa Bajukertas & Co bisa mencetak hingga 2000 meter per hari.
“Monna Lisa ini per hari bisa 2000 meter. Dengan 24 jam kita bisa 2000 meter,” ungkap Yoga.
Tak hanya itu, Yoga juga menyebutkan bahwa salah satu pertimbangannya untuk beralih dari metode sublimation ke direct-to-fabric adalah color fastness yang lebih unggul.
“Salah satu pertimbangan kita untuk beralih ke direct-to-fabric dibandingkan sublimation adalah color fastness kita skalanya bisa 4 sampai 5, sedangkan sublimation itu skalanya 1 sampai 2. Kelebihan direct-to-fabric juga warnanya bisa tembus sampai ke belakang (see through). Jadi kalau sublimation biasanya hanya di surface atau permukaan kain, kalau direct-to-fabric itu di tengah-tengah kain. Jadi tintanya lebih penetrasi ke dalam kain,” jelas Yoga.
Menurut Yoga, mesin Monna Lisa yang merupakan kolaborasi antara Robustelli dan Epson ini bisa membawa value atau nilai tambah lebih terhadap produk-produknya.
Tak hanya itu, Monna Lisa Evo Tre 16 disebut sebagai printer digital ramah lingkungan karena memberi keuntungan dari segi lingkungan.
Lina Mariani selaku Senior Manager of Commercial & Industrial Business Epson Indonesia menjelaskan bahwa mesin Monna Lisa Evo Tre 16 memberikan dampak lingkungan yang lebih sedikit.
“Terkait dengan limbah dan energi yang digunakan itu berbeda. Artinya, penggunaan air dan listrik untuk pencetakan digital itu jauh lebih kecil dari metode konvensional. Dengan metode digital ini limbah yang dihasilkan ini sangat-sangat kecil,” tutur Lina.
Rangkaian printhead baru ini menggabungkan kualitas, presisi, kecepatan, dan keandalan untuk hasil yang sangat baik.