Akan tetapi, Coco pasrah menerima takdirnya sebagai orang biasa, karena sepengetahuannya di dunia ini yang bisa menjadi penyihir hanyalah orang-orang yang memiliki bakat sihir sejak lahir.
Suatu hari, seorang penyihir bernama Qilee singgah di desa kecilnya.
Akibat sebuah insiden yang mengharuskan Qiflee menggunakan sihir, Coco tak sengaja mengetahui fakta bahwa sihir dibuat dengan cara digambar!
Dengan buku dan tongkat sihir berbentuk pena yang pernah dia dapatkan dari seorang penyihir bertopeng yang misterius, Coco mencoba meniru pola di bukutersebut.
Naas, sihir yang ia gambar membuat ibu dan rumahnya membatu.
Setelah diselamatkan Qiflee, barulah Coco mengetahui bahwa kebenaran tentang cara pembuatan sihir ini adalah rahasia mutlak penyihir, dan ingatan orang biasa yang telanjur mengetahuinya harus dihapus.
Tetapi, Coco yang ingin mengembalikan ibunya seperti semula memohon agar ingatannya tidak dihapus.
Qiflee pun memutuskan untuk mengangkat Coco sebagai salah satu muridnya.
Di bawah bimbingan Qiflee, Coco mempelajari sihir dan sedikit demi sedikit mengetahui berbagai fakta dalam dunia sihir yang selama ini tak dia ketahui sebagai orang biasa, atau “Yang Tidak Tahu”.
Coco pun mendapat teman-teman baru sesama murid di Atelier Qiflee, walau awalnya terjadi sejumlah bentrokan di antara para gadis kecil itu.
Ada Agate, gadis keturunan keluarga penyihir terpandang, yang serius dan rajin belajar.