Laporan Wartawan Grid.ID, Rizqy Rhama Zuniar
Grid.ID - Pemerintah baru-baru ini telah menetapkan kebijakan satu harga untuk minyak goreng, yakni Rp 11.500 per liter.
Terhitung sejak 1 Februari 2022, pemerintah telah menetapkan bahwa harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah adalah Rp 11.500.
Sedangkan untuk minyak goreng kemasan sederhana dijual Rp 13.500 dan minyak goreng kemasan premium dengan harga Rp 14.000 per liter.
Sayangnya, imbas dari kebijakan baru tersebut, banyak wilayah di Indonesia yang mengalami kelangkaan minyak goreng.
Satu di antaranya adalah di Kota Blitar, Jawa Timur.
Melansir dari TribunJatim.com, sejak ditetapkannya kebijakan baru, pedagang di Kota Blitar mengaku belum mendapat suplai minyak goreng curah dari pabrik.
Seperti yang terjadi di toko kebutuhan pokok milik Heri S di Pasar Legi Kota Blitar, Kamis (3/2/2022).
Seorang pegawai toko tersebut, Naura Fianda, mengaku bahwa pihaknya tidak mendapatkan kiriman minyak goreng curah sejak 31 Januari lalu.
Ditambah, sejak adanya informasi harga turun menjadi Rp 11.500 per liter mulai 1 Februari 2020, stok minyak goreng di tokonya bekerja telah kosong.
"Minyak goreng curah kosong. Barangnya tidak ada. Belum dapat kiriman sejak 31 Januari 2022," kata Naura Fianda yang dikutip Grid.ID dari TribunJatim.com, Jumat (4/2/2022).
"Sejak ada informasi harganya turun, sampai sekarang belum ada kiriman minyak goreng curah dari pabrik," imbuhnya.
Padahal, sebelum harga turun, toko milik Heri S biasanya mendapat kiriman sebanyak 15 drum minyak goreng curah setidaknya 2-3 kali dalam seminggu.
"Sebelumnya harga minyak goreng curah Rp 18.000 per liter sampai Rp 19.000 per liter. Tapi sekarang barangnya juga tidak ada," kata Naura Fianda.
Kini toko milik Heri S hanya menjual minyak goreng kemasan seharga Rp 14.000 per liter dan pembeliannya dibatasi maksimal dua liter per orang.
Sementara itu, kelangkaan minya goreng juga terjadi di sejumlah peritel modern lainnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi pun buka suara.
Mengutip dari Kompas.com, Muhammad Lutfi menyebut, masalah itu disebabkan tingginya permintaan minyak goreng oleh masyarakat.
Meski demikian, Mendag menjamin bahwa ketersedian dan pasokan minyak goreng akan terjaga dengan baik.
Selain itu, Mendag juga berencana mengunjungi produsen minyak sawit guna memastikan distribusi minyak goreng bisa berjalan dengan normal.
Dengan mengunjungi produsen minyak sawit, Mendag berharap distribusi minyak nabati bisa sesuai dengan HET yang berlaku.
(*)