Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Indonesia tengah memasuki gelombang ketiga Covid-19 seiring dengan meningkatnya kasus.
Tentunya, hal ini pun tidak lepas dari pengaruh varian Omicron yang sudah masuk ke Indonesia.
Bahkan, juru bicara vaksinasi Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyebutkan bahwa puncak varian Omicron akan terjadi di akhir Februari nanti.
"Di akhir Februari atau awal Maret 2022 merupakan puncak kasus Omicron, yang bisa diprediksi itu tiga kali sampai dengan enam kali lebih tinggi dari puncak varian Delta," jelas Nadia yang dikutip dari Kontan.co.id.
Tak hanya di Indonesia, varian Omicron ini juga menjadi varian Covid-19 yang mendominasi beberapa negara seperti Inggris.
Walaupun belum terbukti menyebabkan gejala penyakit Covid-19 yang lebih parah, varian Omicron dipastikan lebih menular dari varian lainnya.
Namun, penelitian terbaru menyebutkan bahwa varian Omicron dapat menyebabkan beberapa masalah pada penis pria.
Seperti diwartakan The Sun, berikut beberapa masalah yang ditimbulkan varian Omicron terhadap penis.
Kerusakan pembuluh darah dan pembekuan darah
Selama ini, kita beranggapan bahwa Covid-19 menyerang sistem pernapasan jika dilihat dari gejala-gejala yang ditimbulkan.
Sayangnya, studi menunjukkan bahwa virus ini bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di penis.
Peneliti di Miami menyebutkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan disfungsi endotel yang meluas pada sistem organ di luar paru-paru dan ginjal, termasuk penis.
Infeksi Covid-19 juga diketahui meningkatkan kecenderungan darah menggumpal yang dipengaruhi oleh sistem kekebalan yang telalu aktif.
Nah, pembekuan darah ini bisa menyebabkan stroke, gagal paru-paru, serangan jantung, hingga mengganggu aliran darah ke organ vital.
Terus menerus ereksi
Hingga saat ini terdapat dua kasus yang menyebutkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan pria mengalami ereksi terus menerus.
Tak tanggung-tanggung karena kondisi ini bisa berlangsung selama berjam-jam hingga berhari-hari.
Ereksi yang terus menerus atau priapismus ini menyebabkan kematian jaringan, kerusakan permanen, hingga disfungsi ereksi.
Pada beberapa kasus, hal ini dikaitkan dengan adanya pembekuan darah di corpora cavernosa, yaitu jaringan spons di batang penis yang terisi darah sehingga menyebabkan ereksi.
Disfungsi ereksi
Sebenarnya, dari awal kemunculan Covid-19, peneliti telah memperingatkan bahayanya yang juga bisa menyebabkan disfungsi ereksi.
Dr Ryan Berglund, seorang ahli urologi di Klinik Claveland di Ohio, hal ini lantaran peradangan pada pembuluh darah yang berdampak negatif pada kemampuan ereksi.
Ini tidak mengherankan karena penyakit pembuluh darah lainnya seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, hingg diabetes juga bisa menyebabkan hal sama.
Hal senada juga disebutkan oleh professor endokrinologi dan seksologi medis di Italia, Emmanuele Jannini.
“Ketika pembuluh darah itu dan sistem kardiovaskular lainnya rusak, itu dapat memicu disfungsi ereksi,” tulisnya dalam sebuah jurnal di tahun 2020.
Selain itu, ada juga beberapa teori yang mengemukakan bahwa kekurangan oksigen yang terkait paru-paru juga dapat menjadi penyebab terganggunya fungsi ereksi.
Ukuran penis mengecil
Penelitian yang dilakukan oleh University College London terhadap 3.400 orang menemukan bahwa 200 orang melaporkan adanya gejala jangka panjang Covid-19 yaitu penis yang mengecil.
Tak hanya itu, menurut jurnal yang dipublikasikan di Lancet’s EClinicaalMedicine juga menyebutkan lima persen pria mengalami penurunan ukuran penis.
Lagi-lagi, kondisi yang bisa bertahan selamanya ini dipengaruhi oleh adanya kerusakan pembuluh darah dan disfungsi ereksi. (*)