Grid.ID - Pameran bertajuk "Garis-garis Ipong Purnama Sidhi" akan diselenggarakan sebagai penghormatan untuk seniman sekaligus kurator Bentara Budaya, Ipong Purnama Sidhi.
Pameran ini juga bertepatan dengan 100 Hari berpulangnya sang seniman.
Pembukaan dapat disaksikan secara virtual atau daring pada Kamis, 17 Februari 2022, pukul 19.00 WIB di kanal Youtube Bentara Budaya.
Ipong Purnama Sidhi berpulang pada 9 November 2021 dalam usia 66 tahun.
Seniman kelahiran tahun 1955 di Yogyakarta tersebut dikenal pula sebagai pelukis, pegrafis, ilustrator, juga penulis seni rupa. Ia pernah menjabat Kepala Bentara Budaya Jakarta.
Ipong menyelesaikan studi seni rupa di Jurusan Seni Lukis, Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI (sekarang Institut Seni Indonesia ISI) Yogyakarta, di tahun 1981.
Ia kemudian memulai karir sebagai desainer buku di penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) tahun 1982 hingga 1990.
Salah satu karya ilustrasinya yang paling dikenal yakni sampul buku Chairil Anwar: Aku Ini Binatang Jalang (GPU).
Tahun 1990-1995 Ipong sempat menjadi ilustrator tetap setiap cerpen yang dimuat di Kompas Minggu.
Pameran kali ini akan menghadirkan sejumlah lukisan terpilih Ipong Purnama Sidhi yang dicipta pada periode tahun 2000-an, termasuk sketsa-sketsanya untuk cerpen, serta karya-karya grafis yang sempat dikreasinya sewaktu residensi di Konsthogskolan (Royal University) di Stockholm, Swedia (1966).
Tidak ketinggalan, dipamerkan pula beberapa kreasi lukis di atas keramik karya Ipong berkolaborasi dengan putrinya yang juga seniman keramik, Sekar Puti Sidhiawati.
Secara khusus, ditayangkan pula sebuah video yang merangkum perjalanan kekaryaan Ipong Purnama Sidhi, dipadukan dengan dokumentasi proses ciptanya selama ini, berikut komentar atau testimoni dari para sahabat tentang sosok dan karya perupa yang sempat meraih penghargaan pada Kompetisi Seni Lukis Remaja Internasional pada Olimpiade Muenchen, Jerman Barat (1972) ini.
Kurator Bentara Budaya, Efix Mulyadi, dalam tulisannya menyebutkan, penerimaan masyarakat seni terhadap Ipong Purnama Sidhi yang sedemikian rupa bukan semata karena pencapaian pribadinya di dalam olah seni, melainkan lebih karena pembawaannya.
Sedini masa SMP Ipong telah bersentuhan dengan karya-karya seniman seperti tokoh ekspresionis Jerman, Emil Nolde, atau seniman grafis sekaligus pematung ekspresif, Kathe Kollwitz. Ipong amat menggemari karya-karya Jackson Pollok, Arshile Gorky dan William de Kooning.
Ia pun terinspirasi oleh karya-karya naif kelompok Art Brut dan Cobra, terutama Jean Dubuffet, Karel Appel, dan Asger John.
Tidak heran, penulis seni rupa asal Perancis, Jean Couteau, mengungkapkan bahwa fitur-fitur dalam karya Ipong secara bersamaan tampak disimplifikasi sekaligus dibesar-besarkan dengan gaya yang populer ditemukan dalam lukisan ekspresionisme Jerman untuk menekankan dorongan ekspresif mereka.
Sepanjang karir berkeseniannya, suami Sri Heriyati Kusuma ini juga meraih penghargaan Sketsa dan Cat Air Terbaik dari ASRI Yogyakarta semasa menjadi mahasiswa (1975), serta tujuh penghargaan untuk desain buku terbaik dari Ikatan Penerbit Indonesia (1983-1989).
Ayah dari tiga putri ini juga kerap diundang sebagai pembicara pada beberapa seminar seni rupa, serta menjadi juri kompetisi seni rupa seperti Philip Morris Art Award (1996), Juri Pekan Seni Mahasiswa Nasional (2006, 2008, 2010), juga Juri Lomba lukis Eniki yang diadakan oleh Depdikbud. "Garis-garis Ipong Purnama Sidhi akan membawa kita untuk mengenang kembali sosok Ipong Purnama Sidhi dengan banyak karya seni yang digoreskannya, sekaligus membawa penikmat menyelami kembali akan talenta berkesenian yang dimiliki, " ungkap Ika W. Burhan, Kepala Bidang Event Production Bentara Budaya.
(*)