Istilah ini seringkali diterjemahkan penyakit pikun, sebagai gambaran sebuah kondisi manusia yang tidak mampu mengendalikan perilaku lantaran melemahnya fungsi otak dan organ tubuh.
Tutur katanya menjadi tidak teratur, kekuatan ingatan melemah, membuang kotoran di sembarang tempat, dan fungsi panca indera melemah.
Rasulullah SAW sendiri memohon perlindungan kepada Allah SWT dari penyakit pikun sebagaimana dalam sabdanya dari Anas bin Malik RA.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.”(HR. Muslim)
Kalimat “niscaya ia tidak akan dikembalikan kepada kepikunan” menunjukkan sebuah fase akhir siklus pertumbuhan manusia yang diawali dari fase lemah (balita dan anak-anak), lalu berlanjut ke fase kuat (remaja dan dewasa), dan kemudian dikembalikan kepada fase terlemah yaitu lansia, atau terburuk yaitu kepikunan.
Kemudian dilansir dari Kompas TV, doa untuk menghilangkan pikun juga sempat disampaikan oleh Ustaz Ahmad Munzir.
Ia mengutip dalam Habib Ahmad bin Hasan al-athas tentang keluhan seorang yang pelupa di hadapan Nabi.
“Kala itu dirinya mengeluh, ’Ya Rasul, sungguh saya ini orangnya pelupa. Ajari kami sesuatu’. Lantas Rasul mengajarkan, ’bacalah kalimat ini tiap hari,'” papar ustaz dari Pesantren Sirajuth Tholibin Brabo ini.
Berikut doanya:
ALLAHUMAJ’AL NAFSII MUTHMAINNATAN, TU’MINU BILIQOOIKA, WATARDHAA BIQODHOOIKA
Artinya: "Ya Allah, jadikan jiwa kami menjadi tenang, beriman akan adanya pertemuan dengan-Mu, dan rela atas garis yang Engkau tentukan."
(*)