Grid.ID- Di tengah memanasnya perang antara Rusia dan Ukraina, beredar sebuah video pendek mengharukan.
Video viral ini menampilkan seorang ayah yang menangis ketika ia mengucapkan selamat tinggal kepada putri dan istrinya.
Mengutip New York Post, Sabtu (26/2/2022), rekaman video tersebut diduga diambil saat mereka hendak menyelamatkan diri dari serangan Rusia di Ukraina.
Pria yang diduga berasal dari Ukraina itu harus berpisah dari anak dan istrinya untuk sementara waktu.
Pria tersebut harus tetap bersiap siaga untuk menghadapi serangan Rusia, sedangkan anak dan istrinya harus segera diungsikan.
Dalam video, sang ayah terlihat memperbaiki letak topi musim dingin putrinya sebelum membungkuk dan memberikan ciuman di pipi.
Dia lalu memegang tangan putrinya yang masih kecil seraya mengatakan sesuatu padanya.
Tak lama setelahnya, ia tampak menangis tersedu-sedu saat menempelkan kepalanya ke mantel merah muda putrinya.
Tangisnya semakin keras kala mereka berpelukan sebelum anak dan putrinya naik bus untuk mengungsi ke zona aman.
Klip ini memberikan gambaran mengerikan tentang bagaimana konflik Rusia dan Ukraina telah menghancurkan kebahagiaan sebuah keluarga.
"Keluarga dipaksa untuk mengambil keputusan yang menyakitkan untuk berpisah," kata seorang saksi mata.
"Perempuan dan anak-anak menuju ke zona aman sementara laki-laki tetap tinggal untuk berjuang melindungi rumah mereka," imbuhnya.
Tidak diketahui di mana tepatnya video itu diambil. Namun Ukraina saat ini tengah menghadapi serangan militer dari udara, darat, dan laut.
Serangan itu diluncurkan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan perang terhadap Ukraina pada Rabu (23/2/2022) malam.
Menurut warga setempat, banyak orang Ukraina tidak percaya bahwa Putin benar-benar akan menyerang.
Akibat serangan itu, warga langsung heboh menyelamatkan diri.
Namun bagi pria berusia 18 tahun dan 60 tahun dilarang meninggalkan negara Ukraina, menyusul pemberlakuan darurat militer.
"Sekarang warga mengambil transportasi apa pun agar bisa keluar, bahkan pergi ke negara tetangga seperti Moldova," katanya.
(*)