Find Us On Social Media :

Rumahnya Roboh Akibat Gempa Pasaman Barat, Begini Cerita Pilu Nenek Berusia 88 Tahun, Alami Trauma hingga Tak Bisa Makan

By Mahdiyah, Sabtu, 26 Februari 2022 | 13:45 WIB

Foto Nenek Syamsasr, korban gempa Pasaman Barat.

Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah

Grid.ID - Gempa bumi yang terjadi pada Jumat (25/2/2022) di Pasaman Barat masih menyisakan trauma.

Betapa tidak? Dalam kurun waktu 4 menit, terjadi 2 kali gempa besar.

Ratusan rumah pun langsung rata dengan tanah.

Selain itu, sejumlah fasilitas umum pun juga turut terdampak akibat guncangan gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu.

Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Sabtu (26/2/2022), Sekretaris BPBD Pasaman Barat, Gustrizal, mengatakan bahwa setidaknya 10.000 warga mengungsi lantaran rumahnya telah roboh.

Para warga pun tersebar di beberapa titik pengungsian.

"Diperkirakan ada 10.000 yang tersebar di 35 titik pengungsian," ujarnya.

Salah satu warga yang mengungsi karena rumahnya roboh adalah Nenek Syamsaar.

Baca Juga: Ada yang Terjatuh hingga Pingsan, Guru SMK di Sumatra Barat Ini Ungkap Kepanikan Siswanya saat Rasakan Gempa, sampai 2 Kali Keluar Kelas

Dikutip Grid.ID dari TribunPadang.com pada Sabtu (26/2/2022), nenek Syamsaar harus mengungsi lantaran rumah yang ia tinggali sudah rata dengan tanah.

Saat gempa tersebut terjadi, ia tengah berada di rumah sendirian.

Nenek berusia 88 tahun itu pun mengungkap kondisi rumahnya setelah gempa besar itu terjadi.

"Dapur rumah saya sudah rubuh," ujarnya.

"Rumah saya hanya rumah jelek," lanjut dia.

Nenek Syamsaar pun mengalami trauma dan takut jika gempa kembali terjadi.

Pasalnya, hingga malam hari, ia masih merasakan beberapa kali guncangan gempa.

Bahkan, akibat dari trauma yang ia rasakan, nenek Syamsaar pun sampai tak memiliki nafsu makan.

Dirinya terus ketakutan jika gempa besar kembali terjadi.

Baca Juga: Panik Gempa Guncang Pasaman Barat, Guru SMK Ini Ungkap Situasi di Sekolah, Para Siswa Ditahan Tak Boleh Pulang karena Hal Ini

Di usia yang sudah lanjut, dirinya takut tak bisa menyelamatkan diri ketika ada gempa susulan yang lebih besar.

"Saya sangat takut, tak ada nafsu makan," kata nenek Syamsaar.

"Badan sudah tidak prima lagi, pinggang saya juga sudah tak kuat," jelasnya.

(*)