Find Us On Social Media :

'Saya Tidak Akan Begadang Lagi' Divonis Idap Penyakit Mematikan, Pemuda Ini Syok Teringat Kebiasaan Buruknya Sehari-hari

By Annisa Dienfitri, Senin, 28 Februari 2022 | 07:27 WIB

Ilustrasi penyakit jantung

Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri

Grid.ID - Seorang pemuda yang belum berusia genap 20 tahun tak habis pikir bisa terkena penyakit mematikan.

Apalagi, penyakit mematikan yang diidap pemuda bernama Zhang Tong (samaran) diakibatkan oleh kebiasaan buruknya.

Awalnya, Zhang Tong tidak begitu peduli dengan rasa sakit dan pengap di dada yang dirasakannya.

Akan tetapi, semakin hari penyakit itu semakin kuat dan membuat Tong harus dilarikan ke rumah sakit.

Menurut Toutiao dilansir dari Intisari.ID, setelah tiba di rumah sakit, Tong dinyatakan menderita infark miokard rendah akut.

Tong dirawat oleh Liu Zhiyuan, kepala dokter obat kardiovaskular di Pusat Nyeri Dada Rumah Sakit Pusat Nanyang, China.

Ketika diperiksa, bocah saat ini telah stabil dan tidak ada gejala lain yang tersisa.

Keluarga mengira Tong mengalami masalah jantung, tetapi dia tidak merokok atau minum.

Baca Juga: Anak Semata Wayang Kuat Minum ASI dan Bikin Begadang, Ini Pembagian Tugas Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar

Sedangkan satu-satunya kebiasaan tidak sehat Tong adalah begadang dan menonton di gawai.

Menurut Liu Zhiyuan, kebiasaan begadang dan bermain gadget adalah salah satu yang menyebabkan penyakit Tong.

"Saya tidak akan begadang lagi, dan bangun lebih awal serta tidur lebih awal dan berolahraga lebih banyak," ucap Tong.

Perlu diketahui penyakit miokard infark atau serangan jantung adalah salah satu paling berbahaya dari lima jenis penyakit jantung koroner.

Penyakit ini telah meningkat dari tahun ke tahun dan cenderung menyerang pria dengan usia yang lebih muda.

Hal itu tak lain karena popularitas ponsel, komputer serta hal lain seperti tembakau, alkohol, dan jadwal tidur yang tidak teratur.

Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit jantung koroner dan akhirnya menyebabkan infark miokard.

Liu Zhiyuan mengatakan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia, obesitas dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular adalah kelompok penyakit berisiko tinggi.

Merokok dan penyalahgunaan alkohol juga merupakan penyebab langsung penyakit jantung koroner.

Baca Juga: Anaknya Terkapar Lemah di Ranjang Rumah Sakit, Inul Daratista Bela-belain Begadang Pantau Putranya yang Dua Hari Menggigil, Sang Biduan Sendu: Kasih Mama Aja Sakitnya

Ditambah, gaya hidup yang tidak sehat yang biasa terjadi di kalangan anak muda ini.

Melansir kompas.com, ahli jantung di Cleveland Clinic, dr Curtis Rimmerman, menerangkan beberapa gejala serangan jantung yang harus diwaspadai, antara lain:

1. Rasa tidak nyaman di dada

“Serangan jantung paling sering menyebabkan ketidaknyamanan di bagian tengah dada, bersama dengan sensasi meremas, sesak, bahkan sesak yang tidak berhenti,” paparnya seperti dikutip dari Cleveland Clinic, Kamis 16/12/2021).

2. Gangguan pencernaan

Menurut Rimmeman, gangguan pencernaan dapat menyebabkan refluks asam lambung ke kerongkongan dan kadang disertai sakit di dada, tenggorokan, hingga area rahang.

Dia menambahkan, jika mengalami gejala ini secara terus-menerus, atau muncul pada waktu yang tidak biasa segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui apakah ada permasalahan pada kesehatan.

3. Kelelahan

Gejala serangan jantung senyap selanjutnya adalah mengalami kelelahan dan sesak napas yang tiba-tiba, terutama saat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.

Baca Juga: 'Waktunya Begadang,' Sang Buah Hati Terbaring Lemah di Ranjang Rumah Sakit karena Demam Berdarah, Inul Daratista Jadi Ibu Siaga hingga Curhat Kesedihannya

Apabila merasakan gejala tak biasa ini, patut dicurigai adanya gejala dari serangan jantung.

4. Rasa tidak nyaman di tubuh

“Jika Anda mengalami ketidaknyamanan yang berkelanjutan selama beberapa menit, terutama jika gejalanya baru dan tidak memiliki penjelasan yang jelas, jangan abaikan ini,” imbuh Rimmerman.

Lebih lanjut, Rimmerman menyebut sering kali orang merasakan ada sesuatu yang salah, tetapi tidak yakin bahwa itu adalah serangan jantung.

Bahayanya, orang itu justru malah mengabaikan gejala atau menghubungkannya dengan sesuatu yang lain.

(*)