Find Us On Social Media :

Pilu! Begini Cerita Syafril, Rela Basah Kuyup ke Demi Bawakan Benda Penting Ini ke Pengungsian Gempa Pasaman Barat, Ternyata Sudah Ditunggu Dua Putrinya

By Mahdiyah, Selasa, 1 Maret 2022 | 05:20 WIB

Syafril, pengungsi di Pasaman Barat

Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah

Grid.ID - Gempa yag terjadi di Pasaman Barat, Sumatra Barat, masih menyisakan cerita yang begitu pilu.

Betapa tidak? Ratusan warga kehilangan tempat tinggal mereka.

Seperti yang diketahui, gempa besar terjadi pada Jumat (25/2/2022) lalu.

Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Senin (28/2/2022), akibat dari gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu, sebanyak 5000 warga pun mengungsi.

Hal itu diungkap oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.

"BPBD melaporkan sebaran titik pengungsian di Kecamatan Talamau, Kecamatan Pasaman dan Kinali. Petugas di lapangan masih mendata warga yang mengungsi," ujarnya.

Pengungsian warga pun tersebar ke tiga titik di 3 kecamatan berbeda.

Salah satu warga yang ikut mengungsi adalah Syafril (35).

Baca Juga: Rumahnya Roboh Akibat Gempa Pasaman Barat, Begini Cerita Pilu Nenek Berusia 88 Tahun, Alami Trauma hingga Tak Bisa Makan

Dikutip Grid.ID dari TribunPadang.com pada Senin (28/2/2022), Syafril pun rela basah kuyup kehujanan demi dua buah hatinya di pengungsian.

Syafril pun berboncengan dengan seorang teman laki-lakinya.

Alih-alih mengenakan jas hujan untuk dirinya, ia justru menggunakan jas hujan itu untuk menutupi benda yang dipangkunya.

Usut punya usut, benda tersebut adalah baju yang baru ia ambil dari rumah untuk diberikan kepada dua putrinya.

"Baju-baju untuk anak-anak," ujarnya singkat.

Dirinya juga mengatakan bahwa anak-anaknya masih sangat kecil.

Syafril mengaku ingin mencari tempat berlindung jika gempa sewaktu-waktu kembali terjadi.

"Kami sekarang mengungsi ke Kantor Bupati (Pasaman Barat)," ujarnya.

"Biar aman, karena anak-anak masih kecil," lanjutnya.

Baca Juga: Panik Gempa Guncang Pasaman Barat, Guru SMK Ini Ungkap Situasi di Sekolah, Para Siswa Ditahan Tak Boleh Pulang karena Hal Ini

Ia pun menceritakan bahwa anaknya sudah menangis lantaran tak nyaman dengan baju yang sudah berhari-hari tak diganti.

Selain itu, tak ada bantuan baju untuk para pengungsi.

Akhirnya, ia memutuskan untuk nekat pulang ke rumah mengambil baju anak-anaknya.

"Anak sudah nangis, karena bajunya dari kemarin tidak diganti, semuanya sudah kotor," ungkapnya.

"Bantuan baju belum ada, makanya saya pulang untuk ambil baju," sambungnya.

(*)