Selain itu, mereka juga tidak dapat mengikuti rutinitas disiplin yang teratur dari bangun hingga tidur lagi.
Bahkan untuk pola makan dan pergi ke sekolah.
Saat ini anak-anak dan remaja terlalu banyak melakukan aktivitas online untuk menjaga diri.
Dari kegiatan yang dijalani, semuanya memiliki efek yang luas pada kepribadian mental yang sedang berkembang.
Apalagi, banyak anak-anak muda kehilangan kakek-nenek, orang tua dan orang-orang tersayangnya.
Tentu saja, ini semakin meningkatkan ketakutan mereka sendiri.
Semua ini memiliki potensi untuk membangun kepribadian yang cenderung cemas dalam lingkungan sosial.
Dr. Jyoti Kapoor menyampaikan anak-anak remaja akan lebih memilih dunia maya daripada dunia nyata.
Kemungkinan buruknya, mungkin mereka memiliki fobia yang signifikan tentang penyakit, rasa tidak aman, yang memicu gangguan stres.
Oleh karena itu, sangat penting untuk fokus pada ketakutan dan dilema generasi muda dengan menanamkan sikap positif dan rasa aman.
Jika sudah begini, peran orang tua memang sangat diperlukan.
Saat anak-anak mulai banyak menanggung kecemasan, ada baiknya melakukan filosofi positif toleransi dan ketahanan.
Hal ini bisa dilakukan dengan menginspirasi orang lain, mempertahankan iman dan menjadi lebih kuat dengan kesulitan.
Kita perlu fokus pada peluang yang dihadirkan oleh sebuah tantangan sehingga kita dapat mempelajari pelajaran dan berubah menjadi lebih baik!
(*)