Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Cara-cara ekstrim dalam menyembuhkan penyakit hingga saat ini masih dipercaya oleh seluruh masyarakat dari belahan dunia.
Salah satunya yang dilakukan oleh seorang pria bernama Liu Fang, penduduk Harbin Shuanceng, Tiongkok.
Liu Fang menderita wasir selama bertahun-tahun dan mencari metode tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya.
Konon salah satu jamu mujarab untuk menyembuhkan penyakitnya adalah dengan minum air rendaman ular sanca hidup.
Setelah merendamnya selama 3 bulan kemudian dia membukanya dengan maksud untuk meminumnya.
Namun, tanpa diduga ular yang disangkanya telah mati ternyata masih hidup, kemudian justru menggigit jari Fang, hal itu menyebabkan tangannya membengkak.
Terlihat dengan jelas bengkak dan menghitam, alhasil dia harus dirawat dengan serius di rumah sakit.
Sebelumnya seorang penduduk desa Guanxi juga melakukan hal sama merendam ular kobra di dalam anggur beras dan setahun kemudian dia membukanya ular itu masih hidup.
Kemudian menggigit lehernya ketika dia meminumnya, hal itu membuatnya mati pada hari berikutnya.
Menurut Wang Wei, ketika ular bertemu dengan lingkungan yang keras seperti kekurangan oksigen dan kekurangan air, ia akan menyesuaikan diri dengan keadaan.
Meskipun tidak makan dan tidak minum, serta pernapasan yang lemah mereka bisa bertahan hidup sampai beberapa tahun.
Selain metode rendaman ular sanca yang masih hidup, metode darah dari ular kobra juga dipercaya menyembuhkan penyakit bagi sebagian orang.
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Minggu (6/3/2022), darah dari ular kobra ini biasanya dijadikan sebagai campuran atau ramuan jamu tradisional.
Sebut saja di kawasan Prambahan dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meneliti analisis cemaran Staphylococcus aureus pada gelas, darah segar, dan jamu dengan ramuan darah ular kobra Jawa (Naja sputatrix) di sana.
Staphylococcus aureus merupakan baktaeri yang dapat menyebabkan keracunan pangan dan umumnya terisolasi dari produk makanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Roza Azizah Primatika, Widagdo Sri Nugroho dari Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta dan Rais Dwi Abadi dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, ditemukan bahwa jamu yang mengandung darah ular kobra berpotensi mengandung Staphylococcus aureus yang membahayakan konsumen.
Hasil penelitian mereka telah diterbitkan dalam jurnal Sain Veteriner pada Desember 2015.
Bahaya Minum Jamu Campuran Darah Kobra
Roza Azizah dan kolega menggunakan 10 sampel darah segar ular kobra dan 10 sampel ramuan jamu tradisional dengan darah ular kobra yang didapat dari dua penjual ramuan jamu di Desa Sudimoro Bantul, Yogyakarta dan di Pasar Prambanan, Yogyakarta.
Darah segar ular diambil secara aseptis dari jantung menggunakan spuit. Sedangkan pengambilan sampel ramuan dilakukan setelah darah segar dicampur dengan bahan–bahan ramuan jamu lainnya.
Ramuan jamu di Imogiri Bantul Yogyakarta dilakukan dengan menambahkan bahan tambahan minuman berenergi (ada merek tertentu) ke dalam darah ular segar.
Sementara di Pasar Prambanan Sleman dilakukan dengan menambahkan madu dan minuman berenergi (ada merek tertentu).
Ramuan diseduh dalam gelas yang sebelumnya disterilkan dengan menggunakan swab steril untuk diketahui cemarannya.
Setelah itu, masing-masing sampel ramuan jamu dimasukkan ke dalam tabung steril untuk dilakukan pengujian selanjutnya.
Hasil isolasi dari masing–masing penjual tampak bahwa sampel penjual di Bantul, cemaran Staphylococcus aureus dari darah segar dan ramuan jamu masing–masing 20 persen (1 dari 5 sampel positif tercemar), sedangkan untuk gelas tidak ditemukan cemaran.
Sementara sampel dari penjual di Prambanan tidak ditemukan cemaran Staphylococcus aureus pada darah segar, namun untuk ramuan jamu ditemukan 1 dari 5 sampel (20 persen) dan untuk gelas ditemukan 2 dari 5 sampel positif tercemar Staphylococcus aureus (40 persen).
Baca Juga: Butuh Uang untuk Biaya Pulang Kampung, Nenek di Jakarta Ini Nekat Culik 2 Anak di Pasar Kembangan
Kesimpulannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya cemaran Staphylococcus aureus pada darah ular kobra sebelum maupun sesudah diramu.
Jumlahnya memang tergolong lebih kecil dari batas maksimal yang dipersyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan pangan yaitu 10.
Penyebab darah segar terdeteksi Staphylococcus aureus kemungkinan karena ular telah terinfeksi bakteri ini.
Sementara apabila tubuh manusia terinfeksi Staphylococcus aureus baik itu ringan atau tinggi, keselamatan jiwanya dapat terancam.
Menyerang Kulit
Bakteri Staphylococcus aureus ini cenderung menginfeksi kulit dan sering menyebabkan abses.
Abses merupakan penumpukan nanah pada satu daerah tubuh, meskipun juga dapat muncul pada daerah yang berbeda.
Selain itu, bakteri ini bisa juga menginfeksi hampir semua bagian di dalam tubuh, terutama katup jantung (endokarditis) dan tulang (osteomielitis).
Staphylococcus aureus diketahui melakukan migrasi melalui aliran darah yang sering disebut fase bakterimia.
Sementara itu, melansir dari Health Line, gejala keracunan makanan mengandung Staphylococcus aureus mirip dengan kasus gastroenteritis yang parah atau radang saluran pencernaan.
Gejala itu dapat muncul dengan cepat, kadang-kadang hanya dalam 30 menit setelah makan makanan yang terkontaminasi bakteri ini.
Beberapa gejala yang mungkin muncul apabila keracunan bakteri ini, yakni:
- Diare
- Muntah
- Mual
- Kram perut
Perawatan
Apabila terserang bakteri Staphylococcus aureus, seseorang biasanya harus melakukan perawatan dengan istirahat cukup dan meningkatkan asupan cairan.
Tetapi beberapa orang mungkin akan membutuhkan bantuan medis.
Serangaan bakteri ini berbahaya terutama pada anak kecil, bayi, orang tua dan orang yang terinfeksi HIV.
Dalam kasus yang parah, Anda mungkin perlu mengakses layanan kesehatan di rumah sakit untuk observasi dampak serangan Staphylococcus aureus agar tidak sampai terjadi komplikasi.
(*)