Bahkan, pertandingan itu pun memperebutkan sabuk emas Bupati Sragen.
Suprapto, pemilik hajatan serta Ketua Harian Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Kabupaten Sragen itu pun mengungkap alasannya memilih menggelar acara tinju alih-alih mengundang musik dangdut untuk acara khitanan anak dan cucunya.
Dirinya mengaku kebingungan lantaran sudah 2 tahun tidak menggelar acara kejuaraan tinju.
Lalu, dirinya pun memanfaatkan momen hajatan sang anak dan cucunya untuk menggelar pertandingan tersebut.
Terlebih, sudah banyak yang menggelar acara hajatan meski situasi pandemi Covid-19 memasuki PPKM Level 3 di wilayah tersebut.
"Karena tidak dibatasi (acara hajatan) saya termotivasi itu, hajatan dipakai sarana saja (gelar pertandingan tinju), konteksnya tetap hajatan," ujarnya.
Diketahui, pertandingan itu dibagi dalam 28 sesi pertandingan dan melibatkan 56 petinju amatir.
Bahkan, pertandingan yang digelar di acara hajatan ini juga diawasi oleh Komisi Tinju Indonesia (KTI) pusat.
Suprapto mengatakan bahwa tamu-tamu yang hadir dalam hajatannya pun terkejut melihat hiburan yang tak biasa ini.
Bahkan, banyak orang yang hadir karena penasaran dengan pertandingan tinju yang tengah digelar.
"Orang-orang di sekitar Masaran yang tidak diundang, ya datang menyaksikan, penasaran, ternyata lihat ada yang KO, dia baru tahu tinju seperti itu," ungkapnya.
Tak hanya itu, menurutnya, Bupati Sragen yakni Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku menyesal lantaran tak bisa menonton secara langsung gelaran pertandingan tinju tersebut.
"Bahkan Ibu Bupati karena tidak bisa datang, katanya gelo (menyesal), tidak bisa menghadiri acara tersebut, katanya ini kejadian langka seluruh Indonesia belum tentu ada," jelasnya.
(*)