Pada setiap situs ini, gadis-gadis disekap di gubuk dalam jumlah 100 hingga 150.
Jumlah tersebut berarti lebih dari 20.000 perempuan menjadi budak di dalamnya.
Wanita-wanita ini pada dasarnya disekap sebagai budak seks.
Mayoritas usia para wanita itu berkisar antara 16 hingga 30 tahun.
"Mereka ditahan dalam kondisi mengerikan seperti layaknya budak," kata Okah-Donli dalam wawancara.
"Mereka tidak bisa melarikan diri karena disekap di lokasi terpencil, seperti jauh ke dalam hutan," jelasnya.
Ribuan wanita dan gadis diambil dari Nigeria setiap tahun, negara terpadat di Afrika.
70% dari 190 juta penduduk Afrika diketahui hidup dengan penghasilan kurang dari Rp 30 ribu per harinya.
Sebagian besar dari mereka ada yang berakhir di Eropa.
Sementara sisanya diangkut ke bagian Afrika Barat, seperti Ghana dan Pantai Gading.
Sejauh ini, NATIP dan IOM telah memulangkan setidaknya 41 korban di Mali pada bulan Desember tahun lalu.
Kini, NATIP dan IOM tengah dalam upaya penyelamatan lebih banyak lagi.
Sebagai informasi, Afrika memiliki angka tertinggi dalam perbudakan modern di dunia.
9,2 juta yang hidup dalam belenggu perbudakan modern rata-rata adalah berjenis kelamin perempuan.
(*)