Tanah dari 27 lokasi dicampur terlebih dahulu di Gedung Sate, sebelum dibawa ke IKN Nusantara.
Disusul oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengambil tanah dari 2 gunung yakni Gunung Lawu dan Gunung Tidar.
Alasan Ganjar mengambil tanah dari Gunung Tidar adalah karena daerah tersebut merupakan pusat Tanah Jawa.
Sedangkan untuk airnya, Ganjar mengambil dari Gunung Lawu yang sejak dahulu kala banyak tempat pertapaan di sana yang dimanfaatkan oleh banyak tokoh tanah air.
Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengambil tanah dan air dari keraton Yogyakarta karena menurutnya memiliki banyak nilai-nilai bersejarah.
Melansir Tribunnews.com, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengambil tanah dan air dari Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Alasannya adalah karena kota ini merupakan pusat pemerintahan pada masa kerajaan Majapahit.
Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy yang hadir mewakili Gubernur Wahidin Halim mengambil tanah dan air dari kawasan Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Tanah dan air yang diambil diklaim berbeda karena merupakan jenis tanah Wiwitan dan Jurusan serta airnya berasal dari Keraton Tirtayasa.
Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati mengambil tanah dan air dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Pura tersebut dipilih karena merupakan pura yang ada di pusat kosmologi dunia yang juga diyakini sebagai pusat samudera.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi membawa 2 kilogram tanah dan 1 liter air yang diambil dari pemandian Putri Hijau, di kawasan Namorambe, Delitua, Kabupaten Deli serdang.
(*)