Laporan wartawan Grid.ID, Citra Kharisma
Grid.ID - Jokowi memimpin prosesi penyatuan tanah di titik nol IKN Nusantara yang diberi nama prosesi kendi Nusantara, pada Senin (14/3/2022).
Prosesi tersebut dilakukan dengan cara menyatukan tanah dan air yang telah dibawa oleh para Gubernur dari 34 provinsi di Indonesia ke dalam sebuah kendi besar bernama kendi Nusantara.
Acara ini tentu memiliki filosofi tersendiri yang menandakan bahwa seluruh masyarakat NKRI mendukung pembangunan ibu kota baru Indonesia yang terletak di Kalimantan Timur itu.
Melansir Kompas.com, Jokowi didampingi Ibu Iriana memulai prosesi penyatuan tanah dan air pada pukul 09.45 WITA atau sekitar pukul 08.45 WIB.
Gubernur yang pertama kali menyerahkan tanah dan air adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies mengambil tanah dan air tersebut dari kawasan Kampung Akuarium, Jakarta Utara yang pernah menjadi salah satu lokasi penggusuran pada era Ahok.
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyerahkan tanah dan air setelah Anies.
Setelahnya disusul oleh Provinsi Papua, namun sang Gubernur Lukas Enembe berhalangan hadir ke titik nol IKN.
Sehingga penyerahan air digantikan oleh Asisten Bidang Administrasi Umum Sekda Papua Y Derek Hagemu.
Gubernur Ridwan Kamil kemudian menyerahkan tanah dan air yang diambilnya dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat.
Tanah dari 27 lokasi dicampur terlebih dahulu di Gedung Sate, sebelum dibawa ke IKN Nusantara.
Disusul oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengambil tanah dari 2 gunung yakni Gunung Lawu dan Gunung Tidar.
Alasan Ganjar mengambil tanah dari Gunung Tidar adalah karena daerah tersebut merupakan pusat Tanah Jawa.
Sedangkan untuk airnya, Ganjar mengambil dari Gunung Lawu yang sejak dahulu kala banyak tempat pertapaan di sana yang dimanfaatkan oleh banyak tokoh tanah air.
Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengambil tanah dan air dari keraton Yogyakarta karena menurutnya memiliki banyak nilai-nilai bersejarah.
Melansir Tribunnews.com, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengambil tanah dan air dari Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Alasannya adalah karena kota ini merupakan pusat pemerintahan pada masa kerajaan Majapahit.
Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy yang hadir mewakili Gubernur Wahidin Halim mengambil tanah dan air dari kawasan Tirtayasa, Kabupaten Serang.
Tanah dan air yang diambil diklaim berbeda karena merupakan jenis tanah Wiwitan dan Jurusan serta airnya berasal dari Keraton Tirtayasa.
Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati mengambil tanah dan air dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Pura tersebut dipilih karena merupakan pura yang ada di pusat kosmologi dunia yang juga diyakini sebagai pusat samudera.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi membawa 2 kilogram tanah dan 1 liter air yang diambil dari pemandian Putri Hijau, di kawasan Namorambe, Delitua, Kabupaten Deli serdang.
(*)