Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Selalu absen di hari istimewa putra sulungnya, keberadaan orang tua Atta Halilintar dipertanyakan netizen.
Bukan rahasia lagi, Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk tak hadir di pernikahan Atta Halilintar dengan Aurel Hermansyah.
Bukannya terbang ke Indonesia, orang tua kesebelasan Gen Halilintar itu malah mengajak menantunya bertemu di Turki.
Padahal saat pergi ke Turki, Aurel Hermansyah diketahui tengah hamil besar.
Pun saat Aurel Hermansyah melahirkan, Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk lagi-lagi absen.
Alhasil, keberadaan keluarga Gen Halilintar kini semakin jadi sorotan publik.
Apalagi belum lama ini Aurel Hermansyah mengatakan bahwa ibu dan bapak mertuanya akan menetap di Turki.
Hal itu menandakan orang tua Atta Halilintar makin jauh dari Indonesia, setelah sebelumnya menetap di Malaysia.
Belum lama ini, terkuak masa lalu Anofial Asmid yang disebut pernah terlibat organisasi terlarang.
Melansir GridFame dari berbagai sumber, saat masih berstatus Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia, Anofial memulai bisnis berskala kecil.
Berangkat dari bisnis kecil itu, Anofial sukses melebarkan sayap ke berbagai negara bersama sang istri.
Sebuah buku berjudul 'Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah' pun sempat jadi perbincangan.
Melansir Tribun News, buku itu adalah karya Taufik Mustafa dan merujuk buku tersebut, Eep Saefulloh Fatah, konsultan politik cum sahabat Halilintar semasa kuliah, sedikit menceritakan sosok ayah Atta.
Anofial pun sempat menjadi salah satu pengikut organisasi tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, pengakuan Anofial sebagai tokoh Darul Arqam tercantum dalam buku 'Jejak Hizbut Tahrir Indonesia' karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.
Anofial bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1989 dan menjabat sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.
Hal itu membuat organisasi tersebut sempat marak juga di Indonesia.
Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia.
Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.
Intinya, Darul Arqam menganjurkan jemaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi menyucikan diri pada Tuhan dengan menyumbangkan harta.
Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam membuat pemerintah Malaysia menaruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.
Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam 'Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran', sumber pokok penggerak Darul Arqam adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.
Mereka yang memiliki penghasilan tetap harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen setiap bulan, bahkan terkadang bisa lebih.
Tujuan ajarannya yakni melalui proses pendidikan hati atau jiwa sufi, lahir sifat-sifat dermawan di kalangan mereka, sehingga orang-orang kaya menjadi 'bank' bagi yang memerlukan.
Dalam perjalanannya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari mengaku ia merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.
Beberapa sumber menyebutkan Abuya mengaku pernah berdialog langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Ia meyakini gurunya, Syeikh Syuhaimi adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.
Darul Arqam juga dituding sempat menyiapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand.
Tahun 2002, Anofial kemudian mengemban jabatan tinggi sebagai Komisaris Utama PT Cahaya Timur (perusahaan bidang rekaman kaset dan perdagangan), Komisaris Utama PT Qatrunada (travel), Chairman Hawariyun Group of Companies, dan Direktur International Rufaqa Corporation yang berpusat di Malaysia.
Dua perusahaan terakhir yang disebut merupakan 'wajah baru' Darul Arqam.
Berbeda dengan Darul Arqam yang berkonsep organisasi keagamaan serta memiliki jemaah, Hawariyun dan Rufaqa adalah perusahaan yang memang fokus pada ranah bisnis dan dakwah.
Sehingga, pegawai diklaim mendapat timbal-balik berupa upah.
"Dan jangan khawatir, Darul Arqam tak akan berdiri lagi," tuturnya.
Anofial merambah bisnis di bidang lain seperti sekolah, klinik bersalin, toko obat, puluhan outlet, studio rekaman, super market, ekspor-impor, restoran, peternakan, konsultan SDM, event organizer, kafe, desain & kontraktor, bisnis entertsainment, salon, industri rekaman, travel dan berbagai bisnis skala global.
Mereka menjalankan bisnis dengan tiga strategi yakni Bisnis Fardhu Kifayah (produk wajib yang dibutuhkan masyarakat), Bisnis Komersil, Bisnis Strategis.
Seperti yang pernah diakui Anofial dan Lenggogeni Faruk, cakupannya tak tanggung-tanggung yakni dari Australia, Jerman, hingga Prancis.
Di dalam negeri, Anofial juga melebarkan bisnis di segala sektor.
Di bidang kebudayaan, misalnya, Halilintar mendirikan grup nasyid Qatrunada dan melahirkan album rekaman.
Di bidang pendidikan, ia membangun Sekolah Cinta Tuhan, murid tak dikenakan ilmu, guru pun tidak digaji.
"Setiap gurunya pula bukan diberi insentif dengan iming-imingan gaji yang tinggi, melainkan dibawa untuk sama-sama berjuang memerankan tugas seorang duta Tuhan di bidang pendidikan."
"Sehingga tertonjollah keindahan pengalaman syariat Tuhan di bidang pendidikan," tutur Taufik Mustafa.
(*)